EVALUASI KESUBURAN TANAH
DENGAN METODE SUBSTRAKSI
(Missing Element
Technic) PADA TANAMAN
JAGUNG (Zea
mays L.)
LAPORAN
Oleh:
IME
CHELSI PUTRI HUTAURUK
140301014
AGROEKOTEKNOLOGI
I A
LABORATORIUM KESUBURAN
TANAH DAN PEMUPUKAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
EVALUASI KESUBURAN TANAH
DENGAN METODE SUBSTRAKSI
(Missing Element Technic) PADA TANAMAN
JAGUNG (Zea
mays L.)
LAPORAN
Oleh:
IME
CHELSI PUTRI HUTAURUK
140301014
AGROEKOTEKNOLOGI
I A
Laporan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memenuhi
Komponen Penilaian di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
LABORATORIUM KESUBURAN
TANAH DAN PEMUPUKAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
Judul : Evaluasi
Kesuburan Tanah dengan Metode Substraksi (Missing
Element Technic) pada Tanaman Jagung (Zea
mays L.)
Nama : Ime Chelsi Putri Hutauruk
NIM : 140301014
Grup : AET 1 A
Diketahui Oleh :
Dosen Penanggung Jawab
(Ir. Fauzi, MP)
NIP. 195711101986011003
Diperiksa oleh : Diperiksa oleh
:
Asisten Koordinator Asisten Korektor
(Fitra Rizki Aghita Purba) (Dea Walucky Br. Saragih)
NIM. 120301226 NIM. 120301034
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Andisol
adalah salah satu jenis tanah yang relatif subur namun mempunyai tingkat
jerapan P yang tinggi karena dirajai oleh mineral amorf seperti alofan,
imogolit, ferihidrit dan oksida-oksida hidrat Al dan Fe dengan permukaan
spesifik yang luas (Munir, 1996; Uehara dan Gillman, 1981). Oleh karena itu
pengelolaan Andisol perlu diarahkan untuk menurunkan kemampuan jerapan dan
meningkatkan ketersediaan P antara lain dengan menggunakan asam humat dan asam
silikat (Sukmawati, 2011).
Jagung
sebagai pangan adalah sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu
juga digunakan pula sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku
industri (Sudaryanto et al.,1986). Kebutuhan dan konsumsi jagung di Indonesia
terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya
industri yang menggunakan jagung sebagai bahan baku seperti industri makanan
dan pakan ternak. Peningkatan produksi yang telah dicapai melalui perluasan
areal tanam dan perbaikan teknologi produksi ternyata belum mampu untuk mengimbangi
kebutuhan dan konsumsi jagung di dalam negeri (Indrasari dan Abdul, 2006).
Pemupukan pada umumnya bertujuan untuk memelihara
atau memperbaiki kesuburan tanah sehingga tanaman dapat tumbuh lebih cepat,
subur dan sehat. Sutejo (1995) serta Roesmarkam & Yuwono (2002) menyatakan
bahwa pemupukan dimaksudkan untuk mengganti kehilangan unsur hara pada media
atau tanah dan merupakan salah satu usaha yang penting untuk meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman (Marvelia et al.,
2006).
Di Indonesia Jagung merupakan tanaman sereal yang
penting setelah gandum dan padi. Kondisi iklim yang panas dan agak lembab
sangat baik untuk pertumbuhan tanaman jagung. Effendi (1985) menyatakan bahwa
jagung akan tumbuh baik pada curah hujan 2500-5000 mm/tahun. Menurut Soebandi
(1983) tanaman jagung toleran pada tanah dengan kemasaman sedang sampai agak
alkali (Yunita, 2004).
Tanah
sebagai tempat tumbuh tanaman harus mempunyai kandungan hara yang cukup untuk
menunjang proses pertumbuhan tanaman sampai berproduksi, artinya tanah yang
digunakan harus subur. Ketersediaan hara dalam tanah sangat dipengaruhi oleh
adanya bahan organik. Hakim dkk. (1986) menyatakan bahwa bahan organik merupakan
bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah. Secara garis besar, bahan organikmemperbaiki
sifat-sifat tanah meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Sutanto, 2002).
Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan praktikum untuk mengetahui status unsur hara tanah andisol dengan metode
substraksi.
Tujuan Penulisan
·
Adapun tujuan penulisan laporan ini
adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di
Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
·
Dan sebagai bahan bacaan bagi pihak yang
membutuhkan.
TINJAUAN
PUSTAKA
Tanah
Andisol
Andisol
adalah salah satu jenis tanah yang relatif subur namun mempunyai tingkat
jerapan P yang tinggi karena dirajai oleh mineral amorf seperti alofan,
imogolit, ferihidrit dan oksida-oksida hidrat Al dan Fe dengan permukaan
spesifik yang luas (Munir, 1996; Uehara dan Gillman, 1981). Oleh karena itu
pengelolaan Andisol perlu diarahkan untuk menurunkan kemampuan jerapan dan
meningkatkan ketersediaan P antara lain dengan menggunakan asam humat dan asam
silikat (Sukmawati, 2011).
Tanah
ordo Andisol termasuk tanah yang berkembang dari bahan induk vulkanik.
Indonesia memiliki penyebaran Andisol yang cukup luas, yaitu sekitar 5,0 juta
ha atau sekitar 2,9% dari luas daratan Indonesia. Tanah ini tersebar di
Sumatera 2,6 juta ha, Jawa 1,7 juta ha, Nusa Tenggara 0,4 juta ha dan Papua 0,3
juta ha (Puslittanak, 2000). Tanah ini dicirikan oleh
adanya sifat tanah andik, yaitu mempunyai kadar bahan organik kurang dari 25%
dan kandungan bahan amorf (alofan, imogolit, ferrihidrit, atau senyawa komplek
Al-humus) cukup tinggi (Soil Survei Staff, 1998). Kandungan bahan amorf yang
tinggi menyebabkan jerapan P di tanah Andisol sangat tinggi (Karnilawati dkk., 2013).
Bahan induk tanah Andisol terbentuk
dari bahan vulkanik yang berasal dari wilayah dan aktivitas vulkanik. Bahan induk
ini awalnya terbentuk dari debu
vulkan
menjadi aliran lava, beberapa terdapat batuan besar dan ledakan vulkanik
hasil
dari ledakan erupsi. Karena letusan mengandung banyak bahan (debu, pumice,
batuan), banyak lapisan tanah Andisol terbentuk sepanjang pergerakan
massa
tanah membentuk berbagai lapisan. Pembentukan tanah Andisol juga tergantung
dengan kelembaban dan regim temperatur dimana ditemukan banyak
variasi
terhadap pembentukannya. Namun umumnya tanah Andisol dijumpai di
daerah beriklim tropis (Gusbiandha, 2011).
Tanah
Andosol yang berkembang dari abu vulkan, dirajai bahan-bahan amorf (alofan, imogilit dan fraksi humus), persoalan
utama yang dihadapi adalah tingginya kapasitas jerapan P, bahkan melebihi
jerapan P oleh oksida hidrat Al dan Fe (Mengel & Kirby, 1987). Hal ini
disebabkan karena bahan amorf mempunyai permukaan spesifik yang luas, sehingga
jerapan P tanah lebih tinggi (Nuryani et
al., 2006).
Andisol
dicirikan oleh kandungan bahan organik yang tinggi. Tanah ini mengandung jumlah
unsur nitrogen yang tinggi, kalium sedang, dan kandungan fosfor yang rendah.
Nilai KTK berkisar antara 23.9-44.4 me/100g. Andisol di Indonesia berkembang di
daerah yang kaya abu vulkanik dan pada umumnya di daerah yang mempunyai
ketinggian lebih dari 1000 m dari atas permukaan laut seperti di Sumatera,
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Halmamera (Yunita, 2004).
Selain
pada tanah-tanah masam, masalah ketidaktersediaan P ini juga terjadi pada
tanah-tanah yang berkembang dari bahan vulkanik yang mengandung Iiat amorf
seperti Andisol. Andisol merupakan tanah yang mengandung bahan mineral yang
bersifat amorf yang sangat reaktif terhadap anion polivalen seperti
P, dan kekuatan ikatan P oleh gugus amorf ini lebih
besar daripada oksida kristal. Namun demikian, tanah ini potensial untuk areal
pertanian tanaman hortikultur (Djunitawati et.
al., 2003).
Unsur
Hara
Pada
umumnya tanggapan tanaman terhadap suatu unsur hara bisa berubah-ubah
tergantung pada status ketersediaan hara lainnya. Berdasarkan adanya saling
keterkaitan yang sifatnya interaksi positif ataupun negatif dari setiap unsur
hara dengan unsur hara lainnya serta adanya pengaruh dari lingkungan terhadap
interakasi tersebut di dalam tanah aka kiranya perlu dipelajari interaksi
antara N dan P pada tanaman jagung di datanh Latosol dan regosol (Fahmi et al,.
2010).
Tanaman
dapat menyerap unsur hara melalui akar atau melalui daun. Unsur C dan O diambil
tanaman dari udara sebagai CO2 melaui stomata daun dalam proses fotosintesis.
Unsur H diambil dari air tanah (H2O) oleh akar tanaman. Dalam jumlah sedikit
air juga diserap tanaman melalui daun. Penelitian dengan unsur radioaktif
menunjukkan bahwa hanya unsur H dari air yang digunakan tanaman, sedang oksigen
dalam air tersebut dibebaskan sebagai gas (Donahue, Miller, Shickluna, 1977).
Unsur-unsur hara lain diserap akar tanaman dari tanah. Walaupun demikian banyak
unsur hara yang bila disemprotkan sebagai larutan hara dapat diserap tanaman
melaui daun. Tanaman menyerap unsur hara dalam tanah umumnya dalam bentuk ion.
Sistem pertanian intensif yang
cenderung menitikberatkan pada hasil yang lebih tinggi tanpa memperhatikan
keseimbangan hara mengakibatkan pengurasan hara dalam tanah. Perlunya
penelitian status hara dalam tanah adalah untuk mengetahui ketersediaan hara
dalam tanah dan kebutuhan tanaman akan hara tersebut khususnya Ca, Mg dan S
sebagai upaya melakukan pemupukan berimbang (Hartati dkk., 2012).
Nitrogen
(N)
Nitrogen
tidak tersedia dalam bentuk mineral alami seperti unsur hara lainnya. Sumber
nitrogen yang terbesar berupa udara yang sampai ke tanah melalui air hujan atau
udara yang diikat oleh bakteri pengikat nitrogen. Contoh bakteri pengikat
nitrogen adalah Rhizobium spp. yang ada di bintil
substansi hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa
nitrogen digunakan oleh tanaman untuk membentuk asam amino yang diubah menjadi
protein. Nitrogen juga dibutuhkan untuk senyawa penting seperti klorofil, asam
nukleat, dan enzim. Karena itu nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar
pada setiap vegetatif seperti pertumbuhan generatif. Jika kebutuhan nitrogen
mulai berkurang dalam tanah, maka pertumbuhan tanaman yang baik tidak akan
terjadi (Novizan, 2005).
Pupuk
nitrogen (N) termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini termasuk
pupuk makro, sesuai dengan namanya, pupuk dalam kelompok ini didominasi oleh
unsure nitrogen (N).Adanya unsur lain di dalamnya lebih bersifat sebagai
pengikat atau katalisator (Lingga dan Marsono, 2000).
Pada
tanaman masih muda seluruh permukaan daun berwarna hijau kekuningan. Daun
berwarna kuning pada ujung daun dan melebar menuju tulang daun. Warna kuning
membentuk huruf V. Gejala nampak pada daun bagian bawah, karena N sifatnya
mobil dalam tanaman, gejala kahat N ini berangsur-angsur akan merambah ke
daun-daun di atasnya. Daun tua akan mati
dan tanaman yang kekurangan N akan tumbuh kerdil, pembungaan terlambat, dan
pertumbuhan akar terbatas sehingga produksi rendah
Urea
merupakan pupuk dasar utama yang diberikan pada tanaman. Nitrogen yang
dikandungnya lepas dalam bentuk ammonia dan sebagian bereaksi dengan tanah
membentuk nitrat dan nitrit. Sebagian tanaman,
misalnya tembakau, tidak tahan nitrit sehingga tidak
baik jika dipupuk dengan urea (Marsono dan Sigit, 1995).
Nitogen
(N), zat lemas ini berfungsi untuk : (a) meningkatkan pertumbuhan tanaman; (b)
menyehatkan hijau daun (khlorofil); (c) meningkatkan kadar protein dalam tubuh
tanaman; (d) meningkatkan kualitas tanaman yang menghasilkan daun; (e)
meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme dalam tanah yang penting bagi
kelangsungan pelapukan bahan organis. Gejala kekurangan N yaitu terdapatnya
penyimpangan pertumbuhan daun, jaringan mati,, mengering. Pertumbuhan tanaman
kerdil, pemasakan buah lebih cepat
(Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).
Phospor
(P)
Fosfor (P) merupakan unsur esensial
yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah relatif banyak, karena unsur ini
secara langsng bertanggungjawab baik dalam proses metabolisme maupun sebagai
aktivator berbagai enzim. Permasalahan P pada tanah andisol adalah ketersediaan
P rendah karena kandungan mineral liat aluminosilikat amorf, oksidahidrat Fe
dan Al, kompelks Al humus yang tinggi menyerap (mengadsorpsi) P kuat (Rahayu,
2003).
Menurut
Nursyamsi dan Suprihati (2005)
Diketahui juga bahwa unsur P
berperan dalam pertumbuhan tinggi tanaman. Sigian et al. (2001) mengemukakan
unsur P banyak ditemui didalam sel tanaman berupa unit-unit nukleotida,
sedangkan nukleotida merupakan salah satu ikatan yanag mengandung P yang
berperan dalam perkembangan sel tanaman. Kombinasi pupuk N+P (-K) juga
memberikan kontribusi tertinggi setelah perlakuan N+K (-P). Hal ini disebabkan
karena semakin tinggi pupuk N dan P di peroleh pertumbuhan vegetatif lebih
baik. Unsur P juga penting pada tanaman jagung untuk penyerapan nitrogen yang
berpengaruh terhadap tinggi tanaman (Hermanuddin et al., 2012).
Bagi tanaman fosfor berfungsi
untuk mempercepat pertumbuhan akar, semai, memacu dan memperkuat pertumbuhan
tanaman dewasa pada umumnya, meningkatkan produksi biji-bijian.
Unsur-unsur P merupakan bahan pembentuk inti sel, selain itu mempunyai peranan
penting bagi pembelahan sel serta bagi perkembangan jaringan meristematik.
Dapat membentuk ikatan fosfat berdaya tinggi yang dipergunakan untuk
mempercepat proses-proses
fisiologis (Sutedjo danKartasapoetra,
1987).
Di
dalam tanah, fosfor sebagian besar berada dalam bentuk kalium fosfat
(Ca3(PO4)2) yang sulit larut. Karena pengaruh asam di dalam tanah, maka dapat
terbentuk kalium fosfat asam primer (Ca(H2PO4)2) yang mudah larut. Karena itu
fosfat/fosfor boleh dikatakan diserap seluruhnya dalam bentuk ion H2PO4-. Namun
konsentrasi ion ini di dalam air tanah. Tanaman juga dapat menyerap
persenyawaan fosfor organik tertentu (Rinsema, 1993).
Sumber
fosfor alam yang dikenal mempunyai kadar P adalah batuan beku dan batuan
endapan (sedimen), dimana bahan mineralnya mengandung apatit (Ca10(PO4,CO3)6 (F,Cl,OH)2,
yang merupakan senyawa karbonat, fluor, chlor atau hidroksi apatit yang
mempunyai kadar P2O5berkisar 15-30 %. Mineral ini sangat sukar larut dalam air
dan tidak tersedia bagi tanaman. Fosfor juga dapat diikat sebagai anion yang
dapat dipertukarkan dan dapat terikat dalam bentuk yang tidak dapat diabsorpsi
tanaman. Sebagai akibat dari sifat kimia fosfat, konsentrasi fosfat dalam
larutan tanah adalah rendah (Hakim, dkk.,
1986).
Meskipun tanah Andosol mempunyai
kemampuan besar dalam mengikat P, tetapi karena P-total yang ada dalam tanah
cukup tinggi, maka kandungan P-tersedia dalam tanah tersebut masih dapat
memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Ajidirman (2010) di Gunung Kerinci mendapatkan bahwa meskipun retensi
fosfat tanah Andosol tinggi, tetapi karena kandungan fosfat total juga tinggi
sehingga fosfat yang tersedia masih cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman
(Sukarman dan Ai Dariah, 2014).
Tanah Andisol mengandung kaolonit
dan kristobalit (oksida) dan mempunyai pH masam, Ca, Mg, dan Kdd, kadar P,
serta kejenuhan basa (KB) rendah, dan mempunyai kapasitas tukar kation (KTK)
tanah tinggi. Kebutuhan pupuk suatu tanaman pada tanah tertentu tergantung dari
sistem pengelolaan tanah, spesies tanaman, kadar hara dan perilakunya di dalam
tanah. Contohnya sistem lahan sawah memerlukan pupuk lebih sedikit dibandingkan
sistem lahan kering, tanaman kedelai memerlukan pupuk N yang lebih rendah
dibandingkan spesies lainnya; kadar hara tanah tinggi memerlukan pupuk lebih
sedikit dibandingkan kadar hara tanah rendah; dan retensi hara tinggi (P di
tanah Andisol) memerlukan pupuk lebih tinggi dibandingkan retensi hara rendah
(Hutagalung, 2012).
Unsur nitrogen dalam tanah Andosol
merupakan unsur hara esensial yang
kandungannya
lebih tinggi dibandingkan dengan tanah lainnya. Dari data kandungan nitrogen total
yang dianalisis dari tanah Andosol di beberapa tempat di Pulau Jawa dan
Sumatera menunjukkan bahwa kandungan nitrogen rata-rata tergolong sedang
(0,33%) dengan kisaran antara 0,11 sampai 0,76% (Tabel 19). Hubungan antara
kandungan C-organik dengan kandungan N total dari tanah Andosol yang berasal
dari berbagai tempat di Indonesia disajikan dalam Gambar (Sukman dan Ai Dairiah, 2014).
Kalium
Unsur
kalium merupakan unsur hara yang mudah mengadakan persenyawaan dengan unsur
atau zat lainnya, misalnya klor dan magnesium. Unsur K berfungsi bagi tanaman
yaitu untuk mempercepat pembentukan zat karbohidrat dalam tanaman, memperkokoh
tubuh tanaman, memperkuat resistensi terhadap serangan hama/penyakit dan
kekeringan dan meningkatkan kualitas biji. Dalam pembentukan biji padi
misalnya, K merupakan unsur yang penting, menyebabkan tanahnya berpengaruh
besar bagi pembentukan umbi-umbian unsur K mutlak penting (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).
Salah
satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl. Pupuk KCl yang dikenal selama
ini sebagian besar merupakan hasil tambang. Endapan tambang kalium yang sangat
terkenal ada di Perancis dan Jerman. Kandungan utama dari endapan tersebut
adalah KCl dan K2SO4 karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti
kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya
mengandung K2O sampai 50 %. Jenis inilah yang banyak beredar di pasaran
(Marsono dan Sigit, 1995).
Kalium
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Di dalam tanah, ion tersebut bersifat
sangat dinamis. Persedian kalium di dalam tanah dapat berkurang karena tiga
hal, yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan
erosi tanah. Biasanya tanaman menyerap kalium lebih banyak dari pada unsur lain,
kecuali nitrogen (Novizan, 2005).
Upaya untuk meningkatkan produksi
jagung di tanah masam dapat dilakukan melalui pengelolaan tanaman yang sesuai
dan manipulasi tanah yang tepat. Pemupukan K memegang peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan produksi jagung di tanah Oxisols. Hara K merupakan
hara makro bagi tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah banyak setelah N dan P.
Kalium merupakan agen katalis yang berperan dalam proses metabolisme tanaman
(Sutriadi et al., 2008).
Fosfor tergolong unsur hara makro
utama dan diserap tanaman umumnya dalam bentuk anion ortofosfat 16 (H2PO4- dan HPO42-). Andisol pada umumnya
kahat unsur fosfor karena Andisol memiliki kapasitas fiksasi fosfor yang sangat
tinggi, dan bila terjadi kekurangan fosfor akan menghambat pertumbuhan tanaman (Ajidirman,
2010).
Kandungan unsur hara P dan K
potensil tanah Andisol bervariasi, sebagian sedang sampai tinggi, dan sebagian
lagi rendah sampai sedang. Jumlah basa-basa dapat tukar tergolong sedang sampai
tinggi, dan didominasi oleh ion Ca dan Mg, sebagian juga K. Kapasitas tukar
kation pada tanah Andisol, sebagian besar, sedang sampai tinggi dengan
kejenuhan basa umumnya sedang. Reaksi tanah umumnya agak masam berkisar antara
5.6 sampai 6.5 (Safuan et al., 2005).
Kalsium
(K)
Kalsium berasal dari pelapukan dari
sejumlah mineral dan batuan yang sangat dominan, meliputi feldspar, apatit,
limestone, dan gypsum. Mineralmineral tersebut sangat banyak jumlahnya,
sehingga kebanyakan tanah mengandung kalsium yang cukup untuk kebutuhan kalsium
tanaman. Tanah terbentuk dari bahan induk yang berkadar kapur tinggi yang
mungkin memiliki tingkat kandungan kapur yang lebih tinggi dari kapur bebas
(Plaster, 1992). Kalsium berfungsi bagi tanaman untuk (a). pengatur kemasaman
tanah dan tubuh tanaman, (b). penting bagi pertumbuhan akar tanaman, (c).
penting bagi pertumbuhan daun, dan (d). dapat menetralisasi akumulasi racun
dalam tubuh tanaman. Menurut Mehlich dan drake dalam Sutedjo dan Kartasapoetra
(2002), Ca seperti halnya dengan unsur K berperan mengatur proses fisika-kimia.
Ion Ca menyebabkan dehidratasi, mempengaruhi rumah tangga air tanaman yang
sifatnya antagonik dengan ion K. Ion Ca berperanan penting pula bagi
pertumbuhan tanaman ke arah atas dan pembentukan kuncup. Kalsium merupakan
kation yang sering dihubungkan dengan kemasaman tanah, disebabkan ia dapat
mengurangi efek kemasaman. Disamping itu ia juga memberikan efek yang
menguntungkan terhadap sifat dari tanah. Pada tanah daerah basah, kalsium
bersama-sama dengan ion hidrogen merupakan kation yang dominan pada kompleks
adsorbsi
(Hakim dkk., 1986).
Kalsium diambil tanaman dalam bentuk
ion Ca2+, berperan sebagai komponen dinding sel, dalam pembentukan struktur dan
permeabilitas membran Universitas Sumatera Utara sel. Kalsium rata-rata
menyusun 0,5% tubuh tanaman, banyak terdapat dalam daun dan pada beberapa
tanaman mengendap sebagai Ca-oksalat dalam sel-sel. Kekurangan unsur ini akan
menyebabkan terhentinya pertumbuhan tanaman akibat terganggunya pertumbuhan
pucuk tanaman dan ujung-ujung akar (titik-titik tumbuh), serta jaringan
penyimpan. Hal ini sebagai konsekuensi rusaknya jaringan meristematik akibat
rusaknya permeabilitas dan struktur membran sel-sel (Hanafiah, 2005).
Magnesium
Sumber
utama magnesium adalah batu kapur dolomit, merupakan bahan yang sangat baik
memberikan Ca dan Mg selain untuk menetralisir keasaman tanah. Sumber lain
meliputi K-Mg sulfat, Mg sulfat, Mg klorida, Mg oksida, dan sebagainya. Bentuk
Mg sulfat lebih larut dibandingkan dengan batu kapur dolomit sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pupuk Mg yang segera dibutuhkan tanaman (Winarso,
2000).
Magnesium
berfungsi bagi tanaman yaitu untuk menyehatkan khlorofil, mengatur peredaran
zat P dalam tubuh tanaman dan mengatur peredaran zat karbohidrat dalam tubuh
tanaman. Magnesium merupakan komponen zat klorofil yang memainkan suatu peranan
dalam beberapa reaksi enzim. Sumber-sumber magnesium yaitu Dolomitic Limestone
(CaCO3MgCO3), Sulfat Potash Magnesium, Epsom Salt (MgSO47H2O), kieserit,
Magnesia (MgO), Serpentin (Mg3SiO2(OH)4), Magnesit (MgCO3)
(Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).
Magnesium
tanah berasal dari pelapukan mineral magnesium seperti biotit, dolomit dan
sepertin. Berdasarkan ketersediaan bagi tanaman, maka magnesium dapat dibedakan
menjadi bentuk-bentuk (1) larutan dalam air, (2) dapat dipertukarkan, (3) dalam
kisi mineral tipe 2:1, dan (4) dalam mineral primer. Akibat proses pelapukan
mineral-mineral magnesium, maka magnesium tersebut menjadi akan bebas dalam
larutan tanah. Hal ini dapat menyebabkan magnesium hilang (1) hilang bersama
perkolasi, (2) diserap tanaman, (3) diabsorbsi liat, dan (4) diendapkan menjadi
mineral sekunder (Hakim, dkk, 1986).
Magnesium diambil tanaman dalam
bentuk ion Mg2+, terutama berperan sebagai penyusun khlorofil (satu-satunya
mineral), tanpa khlorofil fotosintesis tanaman tidak akan berlangsung, dan
sebagai aktivator enzim. Secara umum magnesium rata-rata menyusun 0,2% bagian
tanaman. Sebagian besar terdapat di daun tetapi seringkali dijumpai dalam
proporsi cukup banyak pada bebijian padi, jagung, sorgum, kedelai dan kacang
tanah (Hanafiah, 2005).
Pupuk
dan Pemupukan
Pupuk
adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman yang jika diberikan ke pertanaman
dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman. Sedangkan pemupukan adalah penambahan satu
atau beberapa hara tanaman yang tersedia atau dapat tersedia ke dalam
tanah/tanaman untuk dan atau mempertahankan kesuburan tanah yang ada yang
ditujukan untuk mencapai hasil/produksi yang tinggi (Gusbiandha, 2011).
Terdapat
2 jenis pupuk yaitu pupuk anorganik (pupuk buatan) dan pupuk organik. Untuk
mendapatkan hasil gabah yang tinggi dengan tetap mempertahankan kesuburan
tanah,maka perlu dilakukan kombinasi pemupukan antara pupuk an organik dengan
pupuk organik. Keuntungan dari aplikasi kombinasi kedua jenis pupuk tersebut
adalah kekurangan sifat pupuk organik dipenuhi oleh pupuk an organik,
sebaliknya kekurangan dari pupuk an organik dipenuhi oleh pupuk organik. (BPP SDM P,
2015).
Pemupukan untuk tanaman tahunan
dilakukan dua tahap, yaitu dua tahun
sekali
untuk pupuk NPK dengan aplikasi di lubang tanam dan setahun sekali untuk pupuk
kandang dengan aplikasi di bedengan. Pada tanaman semusim, pemupukan tanaman
dilakukan setiap masa tanam, jenis pupuk dan aplikasi yang
dilakukan
sama seperti tanaman tahunan. Untuk dosis yang diberikan, para petani
di
wilayah ini tidak pernah menghitung besar pupuk yang diberikan, baik untuk
tanaman tahunan dan tanaman semusim
(Gusbiandha, 2011).
Adanya
perbedaan tingkat kesuburan tanah inceptisol, ultisol dan andisol secara alami,
maka tidak memungkinkan untuk dilakukan penetapan dosis pemupukan berdasarkan
dosis anjuran yang dapat diberlakukan secara luas. Oleh karena itu maka, perlu
dilakukan penelitia untuk mengetahui kemampuan tanah Inceptisol, ultisol, dan
andisol mensuplai hara N, P, dan K bagi pertumbuhan tanaman (Safuan et al., 2005).
Andisols
adalah tanah-tanah yang digunakan secara luas oleh petani untuk pertanian
hortikultura, perkebunan teh dan juga untuk peternakan. Penggunaan pupuk urea
dan kotoran ternak sebagai sumber pupuk nitrogen (N) oleh petani sangat besar
sehingga ada kekhawatiran bahwa telah terjadi pencemaran ion nitrat pada air
tanah. Pengetahuan tentang kemampuan tanah dalam mengerap dan melepaskan nitrat
menjadi sangat penting dalam kaitan pergerakan nitrat di dalam profil tanah
sampai pada air tanah (Hartono dan
Anwar, 2013).
Beberapa
usaha yang dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan P selain pemberian pupuk P
dan pengapuran adalah pemberian bahan organik. Pemberian bahan organik dapat
menurunkan pengikatan P yang semula dalam bentuk komplek menjadi ikatan yang
lebih sederhana dan P menjadi lebih mudah tersedua bagi tanaman (Rahayu, 2003).
Defisiensi
Unsur Hara
Gangguan hara pada tanaman merupakan masalah utama
bagi petani di dunia, disamping masalah-masalah penting lainnya. Gejala
defisiensi hara atau kahat hara secara visual umumnya telah cukup membantu
dalam mendiagnosis gangguan hara, terutama bila dilakukan oleh ahlinya. Apabila
tanaman tidak menerima hara yang cukup maka pertumbuhannya akan lemah dan perkembangannya
tampak abnormal. Menurut Baligar dan Duncan (1990) diagnosis defisiensi hara
pada tanaman dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan dengan
diagnosis gejala visual dan analisis tanaman
(Wijayani dan Didik, 2004).
Gejala kahat hara yang timbul
disebabkan karena kebutuhan hara tidak terpenuhi baik dari tanah maupun dari
pemberian pupuk. Tanaman kekurangan unsur hara tertentu, maka gejala defisiensi
yang spesifik akan muncul. Metode visual ini sangat unik karena tidak
memerlukan perlengkapan yang mahal dan banyak serta dapat digunakan sebagai
penunjang informasi yang sangat penting untuk perencanaan pemupukan pada musim
berikutnya bagi teknik- teknik diagnostik lainnya. Kahat hara yang dapat di
deteksi dini dapat diatasi dengan penambahan pupuk (BPTP, 2010).
Untuk mengetahui kebutuhan unsur-unsur
yang diperlukan tanaman dapat dilakukan dengan teknik water-culture (hidroponik).
Suatu tanaman apabila kekurangan unsur hara akan mengalami gangguan pertumbuhan
dan penyakit akibat kahat unsur hara ini dapat disembuhkan dengan memberikan
unsur hara yang kekurangan tersebut (Wijayani dan Didik, 2004).
Dalam
pertumbuhan tanaman apabila kekurangan unsur hara makro sekunder maka
pertumbuhan tanaman juga akan terganggu seperti halnya unsur hara primer
(Winarso, 2005), sedangkan kebutuhan hara Ca, Mg, dan S kurang begitu
diperhatikan petani hanya mengandalkan cadangan di dalam tanah (Novizan, 2002).
Nitrogen (N)
Pada
tanaman masih muda seluruh permukaan daun berwarna hijau kekuningan. Daun berwarna kuning pada ujung
daun dan melebar menuju tulang
daun. Warna kuning membentuk huruf
V. Gejala nampak pada daun bagian bawah, karena N sifatnya mobil dalam tanaman,
gejala kahat N ini berangsur-angsur akan merambah ke daun-daun di atasnya. Daun
tua akan mati dan tanaman yang kekurangan N akan tumbuh kerdil, pembungaan
terlambat, dan pertumbuhan
akar terbatas sehingga produksi
rendah (Erawati, 2010).
Ada
bermacam unsur hara yang apabila kekurangan maupun kelebihan dapat menimbulkan
gejala pada tanaman. Ada dua kelompok unsur hara yang essensial bagi tanaman,
kelompok pertama disebut unsur makro dan yang kedua adalah unsur hara mikro.
Unsur hara makro relatif lebih banyak diperlukan oleh tanaman, sedangkan unsur
hara mikro juga sama pentingnya dengan unsur hara makro, hanya dalam hal
kebutuhan akan zat – zat ini hanya sedikit
(Fazariyani, 2015).
Defisiensi
kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang
ditampakkan ketika tanaman masih muda, jadi agak berlainan dengan gejala-gejala
karena defisiensi N dan P. Gejala yang terdapat pada daun terjadi secara
setempat-setempat. Pada permulaannya tampak agak mengkerut dan kadang-kadang
mengkilap, selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna
seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun, pada akhirnya daun tampak
bercak-bercak kotor, berwarna coklat sering pula bagian yang bebercak ini jatuh
sehingga daun tampak bergerigi, dan kemudian mati (Ginting, 2010).
Phospor (P)
Mineral yang
mengandung apatit (Ca10(PO4,CO3)6 (F,Cl,OH)2 sangat sukar larut
dalam air dan tidak tersedia bagi tanaman. P juga dapat diikat sebagai anion
yang dapat dipertukarkan dan dapat terikat dalam bentuk yang tidak dapat
diabsorbsi tanaman. Sebagai akibat dari sifat kimia fosfat, konsentrasi fosfat
dalam larutan tanah adalah rendah (Hakim dkk., 1986).
Gejala
defisiensi fosfat pada tanaman adalah ditandai dengan menguningnya pucuk dan
tepian dedaunan bawah kemudian menggulung dan mengering, juga dapat menyebabkan
hangusnya tetepian dedaunan bawah, daging daun membengkak dan mengenting serta
menguningnya tepi daun bagian bawah (Hanafiah, 2005).
Defisiensi unsur P menunjukkan
gejala seperti pertumbuhan yang lambat, lemah, daun berwarna hijau tua,
daun-daun tua mengalami pigmentasi ungu. Gejala-gejala tersebut ditunjukkan
diawali pada daun-daun tua, sebagaimana sifat dan unsur P yang mobile dalam
jaringan tanaman (Fahmi et al.,
2010).
Kandungan
hara pada tanah semakin lama biasanya semakin berkurang karena seringnya
digunakan oleh tanaman yang hidup diatas tanah tersebut, bila
keadaan seperti ini terus dibiarkan maka tanaman biasanya
kekurangan unsur hara
sehingga pertumbuhan dan produksi mejadi terganggu.
Kekurangan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dapat diatasi dengan
pemupukan
(Marvelia et al., 2006).
Kalium (K)
Kekahatan K merupakan kendala yang
sangat penting dan sering terjadi di tanah Oxisols. Masalah tersebut erat
kaitannya dengan bahan induk tanah yang miskin K, hara K yang mudah tercuci,
karena KTK tanah rendah, dan curah hujan yang tinggi di daerah tropika basah
sehingga K banyak yang tercuci
(Sutriadi et al., 2008).
Kalium ditemui pada cairan sel
tanaman. Ia tidak terikat secara kuat dan tidak merupakan bagian dari senyawa
organik tanaman. Kalium sangat mudah di serap oleh tanaman dan bersifat sangat
mobil. Ia akan bergerak dari jaringan-jaringan tua ke titiktitik pertumbuhan
akar dan tajuk. Kalium selalu di serap lebih awal dari pada nitrogen dan
fosfor. Hal ini berarti akumulasi kalium di periode pertumbuhan dan selanjutnya
ditranslokasikan kebagian-bagian tanaman lainnya. Karena itu, gejala defesiensi
K pertama kali pada daun-daun tua. Peranan kalium di dalam tanaman sangat
berhubungan dengan kualitas hasil dan resistensi tanaman terhadap
patogen-patogen tanaman (Ginting, 2010).
Defisiensi kalium memang agak sulit diketahui
gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda, jadi
agak berlainan dengan gejala-gejala karena defisiensi N dan P. Gejala yang
terdapat pada daun terjadi secara setempatsetempat. Pada permulaannya tampak agak
mengkerut dan kadang-kadang mengkilap, selanjutnya sejak ujung dan tepi daun
tampak menguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun,
pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor, berwarna coklat sering pula
bagian yang bebercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi, dan kemudian
mati Gejala kekurangan kalium dapat ditunjukkan sebagai berikut: - Daun
terlihat lebih tua. - Batang dan cabang lemah dan mudah rebah. - Muncul warna
kuning di pinggir dan di ujung daun yang sudah tua, yang akhirnya mengering dan
rontok. - Daun mengerut (keriting) di mulai dari daun tua. - Kematangan buah
terhambat, ukuran buah menjadi lebih kecil, buah mudah rontok, warna buah tidak
merata, dan tidak tahan di simpan lama. - Biji buah menjadi kisut. Cara untuk
mengatasi defisiensi unsur kalium ini yaitu dengan cara pemberian pupuk kalium
pada tanaman. Berikan pupuk kalium sebanyak yang direkomendasikan oleh hasil
analisis tanah atau analisis jaringan tanaman. Pupuk kalium hendaknya tidak
diberikan sekaligus, tetapi pecah menjadi beberapa kali pemupukan selama musim
tanam. Dalam pemupukan kalium, perhatikan jumlah kalium yang tersedia di dalam
tanah (hasil analisis tanah).
Kalium di dalam jaringan tanaman
tetap terbentuk ion K+. Tidak ditemukan dalam bentuk senyawa organik. Kalium
bersifat mobil (mudah bergerak) sehingga siap dipindahkan dari satu organ ke
organ lain yang membutuhkannya. Secara umum peran kalium berhubungan dengan
proses metabolisme, seperti fotosintesis dan respirasi (Novizan, 2005).
Gejala
kekurangan kalium umumnya terlihat seperti daun terbakar. Pada tanaman
padi-padian gejala terbakar ini dimulai dari pucuk terus ke bawah dari pinggir
daun. Pada tanaman jagung akan terdapat pada daun yang menguning mulai dari
ujung terus ke sisi daun sebelah bawah, sering terjadi pada daerah di antara
urat daun yang kemudian daun mengkerut (Hakim dkk.., 1986).
Calsium (Ca)
Ca, Mg, dan S merupakan unsur hara
makro sekunder yang mendukung pertumbuhan tanaman. Status Unsur Hara Ca,Mg, dan
S sebagai Dasar Pemupukan ... Hartati et al. 110 Sains Tanah – Jurnal Ilmu
Tanah dan Agroklimatologi 9 (2) 2012 Dalam pertumbuhan tanaman apabila
kekurangan unsur hara makro sekunder maka pertumbuhan tanaman juga akan
terganggu seperti halnya unsur hara primer (Winarso, 2005), sedangkan kebutuhan
hara Ca, Mg, dan S kurang begitu diperhatikan petani hanya mengandalkan
cadangan di dalam tanah (Hartati et al.,
2012).
Kesuburan tanah akan sangat
ditentukan oleh keberadaan unsur hara dalam tanah, baik unsur hara makro, unsur
hara sekunder maupun unsur hara mikro. Unsur hara makro meliputi nitrogen (N),
pospor (P), kalium (K), dan C,H,O (yang ambil dari udara dan air). Sedang unsur
hara sekunder meliputi calcium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). dan unsur
hara mikro adalah : Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu) , Boran
(B), Molibdenium (Mo) dan Chlor (Cl) (Sudarmi, 2013).
Penyediaan Ca dan Mg mirip dengan K,
perbedaanya hanya terletak pada fiksasi. Karena kedua unsur ini tersedia dalam
bentuk kation bervalensi dua, maka fiksasi kedua unsur ini lebih lemah
dibandingkan K, sehingga tiga bentuk utamanya adalah kation terlarut, kation
tertukar dan dalam mineral tanah. Mineral Universitas Sumatera Utara sumber Ca
meliputi feldspar, apatit, kalsit, dolomit, gipsum dan amphibol, sedangkan
mineral Mg meliputi biotit, dolomite, augit, serpentin, hornblend dan olivin.
Kedua unsure ini merupakan kation penyusunan kalsit (CaCO3) dan dolomit
(CaMg-(CO3)2) yang terkait dengan upaya pengapuran tanah masam.
Ketersediaan Ca dan Mg terkait
dengan kapasitas tukar kation (KTK) dan persen kejenuhan basa-basa (Ca, Mg, K
dan Na) (KB). Kejenuhan basa yang rendah mencerminkan ketersediaan Ca dan Mg
yang rendah. Jika dibandingkan, keterikatan Mg pada situs pertukaran kation lebih
lemah dibanding Mg. Oleh karena itu, kehilangan lewat pelindian dan defisiensi
Mg lebih sering menjadi masalah. Hal ini terkait dengan lebih besarnya BA
(berat atom) Ca (= 40) disbanding Mg (= 24)
Defesiensi Ca umumnya dijumpai pada
kondisi sangat masam dengan kejenuhan Ca rendah. Defesiensi Mg pada jagung yang
ditanam\ pada tanah berpasir terjadi jika kadar Mg-tertukar lebih rendah dari
84 kg/ha. Ketersedian unsure Ca identik Mg, karena tinggi pada pH 7,0-8,5,
kemudian menurun pada pH dibawah 7,0 maupun di atas 8,5.
Magnesium (Mg)
Karena
bermuatan positif, ion magnesium bisa terikat pada koloid tanah atau tetap
berada di dalam larutan tanah. Di dalam tanaman magnesium mudah sekali
berpindah-pindah. Magnesium merupakan regulator (pengatur) dalam penyerapan
unsur lain, seperti P dan K. Selain itu magnesium juga merupakan aktifator
berbagai jenis enzim tanaman (Novizan, 2005).
Gejala
pertama yang terlihat pada tanaman yang kekurangan magnesium (Mg) ialah daun
tua mengalami klorosis dan tampak ada bercak-bercak coklat. Daun yang semula
hijau segar menjadi kekuningan dan tampak pucat. Warna kekunungan itupun timbul
diantara tulang-tulang daun. Daun menguning dan kerap kali langsung mati
(Nyakpa et al., 1988).
Defisiensi
Magnesium ditandai adanya klorosis pada sebagian dedaunan tua (terkait dengan
fungsinya sebagai salah satu penyusun klorofil) dan kadang kala berwarna merah,
tepi dan ujung daun terlihat menggulung. Kadangkala menyebabkan penuaan daun
yang terlalu dini. Pada tanaman kopi ditandai dengan menguningnya daging daun
tua dengan tulang yang tetap hijau (Hanafiah, 2005).
Jika jumlah K di dalam tanah sangat
berlebihan, ketersediaan Mg akan menurun. Sebaliknya, jika jumlah Mg di dalam
tanah berlebihan akibat terlalu sering menggunakan dolomite atau pupuk Mg
lainnya, penyerapan K atau Ca akan terganggu (Novizan, 2005).
Menurut Mehlich dan Drake dalam Hardjowigeno (2002)
dikatakan bahwa magnesium merupakan komponen zat khlorofil, yang mungkin
memainkan suatu peranan dalam beberapa reaksi enzim. Sumber-sumber Mg yaitu:
dolomit limestone (CaCO3MgCO3), sulfat potas magnesium, epsom salt
(MgSO4.7H2O), kieserit, magnesia (MgO) serpentin (Mg3SiO2(OH)4, magnesit
(MgCO3), dan lain-lain. Ketersediaan magnesium dapat terjadi akibat proses
pelapukan mineralmineral yang mengandung magnesium. Selanjutnya, akibat proses
tadi maka magnesium akan terdapat bebas di dalam larutan tanah. Keadaan ini
dapat menyebabkan (a). magnesium hilang bersama air perkolasi, (b). magnesium
diserap oleh tanaman atau organisme hidup lainnya, (c). diadsorbsi oleh
partikel liat dan (d). diendapkan menjadi mineral sekunder.
Ketersediaan magnesium bagi tanaman
akan berkurang pada tanah-tanah yang mempunyai kemasaman tinggi. Hal ini
disebabkan karena adanya dalam jumlah yang sangat besar mineral liat tipe 2:1.
Dengan adanya mineral liat ini maka magnesium akan terjerat antara
kisiUniversitas Sumatera Utara kisi mineral tersebut, ketika menjadi
pengembangan dan pengkerutan dari kisikisinya
(Hakim dkk, 1986).
Kekurangan magnesium akan mengakibatkan
perubahan warna yang khas pada daun. Kadang-kadang penguguran daun sebelum
waktunya merupakan akibat dari kekurangan magnesium. Klorosis pada tembakau
yang dikenal dengan tenggelam pasir disebabkan oleh kekurangan magnesium.
Tanaman kapas yang kekurangan unsur ini menghasilkan daun-daun yang merah agak
lembayung dengan tulang-tulang yang hijau. Daun-daun sorgum dan jagung menjadi
bergarisgaris, tulang-tulang daunnya tetap hijau tetapi daerah diantara
tulang-tulang daun pada sorgum menjadi lembayung dan ujung-ujung menjadi kuning
(Foth, 1994).
Tanaman
Jagung
Tanah
Tanaman jagung dapat tumbuh pada
ketinggian 50-1800 m
dpl. Tetapi ketinggian optimal adalah 50 –600 m dpl. Untuk berproduksi secara
optimal memerlukan tanah yang gembur, subur dan kaya akan unsure hara, aerasi
dan drainase baik, kaya akan bahan organik dengan keasaman tanah (pH) antara
5,6 –7,5 (Pusat
Perlindungan Varietas
Tanaman, 2006).
Jagung
menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Hal ini
dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor
(P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh karena pada umumnya tanah di
Indonesia miskin hara dan rendah bahan organiknya, maka penambahan pupuk N, P
dan K serta pupuk organik (kompos maupun pupuk kandang) sangat diperlukan
(Murni dan Arif, 2008).
Tanah yang sesuai adalah tanah dengan tekstur remah, karena
tanah tersebut bersifat porous sehingga memudahkan perakaran pada tanaman
jagung. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah. Tanah lempung
berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tipe tanah liat masih
dapat ditanamijagung, tetapi dengan pengerjaan tanah lebih sering selama
pertumbuhannya, sehingga aerase dalam tanah berlangsung dengan baik. Air tanah
yang berlebihan dibuang melalui saluran pengairan yang dibuat diantara
barisan
jagung (Sihotang, 2010).
Iklim
Suhu yang dikehendaki tanaman jagung
adaah antara 21oC-30oC. Akan tetapi, untuk pertumbuhan yang baikbagi
tanaman jagung khususnya jagung hibrida,
suhu optimum adalah 23oC-27oC. Suhu yang terlalu tinggi
dan kelembaban yang rendah dapat mengganggu peroses persarian. Jagung hibrida memerlukan
air yang cukup untuk pertumbuhan, terutama saat berbunga dan pengisian biji. Curah hujan normal untuk
pertumbuhan tanaman jagung adalah sekitar 250 mm/tahun sampai 2000 mm/tahun
(Warisno, 2007).
Jumlah curah hujan yang diperlukan tanaman jagung yang
optimal adalah 1.200-1.500 mm per tahun
dengan bulan basah (lebih dari 100 mm/ bulan) 7-9 bulan dan bulan kering
(kurang dari 60 mm/ bulan) 4-6 bulan. Tanaman jagung memerlukan kelembaban
udara sedang sampai dengan tinggi (50%-80%) agar keseimbangan metabolisme
tanaman dapat berlangsung dengan optimal
(Christina,
2014).
Curah hujan yang dikehendaki adalah antara 1000-2500
mm/tahun,atau idealnya sekitar 85 –200 mm / bulan, dengan penyinaran matahari
penuh. Suhu udara yang dikehendaki antara 21 –340C, tetapi untuk pertumbuhan
optimum tanaman jagung menghendaki suhu
antara 23 –27°C
(Pusat
Perlindungan Varietas
Tanaman, 2006).
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan.
Oleh karena itu waktu penanaman harus
memperhatikan curah hujan dan penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan
sudah mencapai 100 mm/bulan. Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan
curah hujan dan pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam
dapat ditentukan dengan baik dan tepat (Murni
dan Arif, 2008).
BAHAN
DAN METODE
Tempat
dan Waktu Praktikum
Praktikum
ini dilaksanakan di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dengan
ketinggian ± 25 meter di ats permukaan laut dan dilaksanakan pada hari Jumat, 11 Maret 2016 sampai dengan selesai.
Alat
dan Bahan
Adapun
bahan yang digunakan adalah benih jagung (Zea
mays L.) fungsinya sebagai tanaman yang akan diamati
pertumbuhannya, tanah top soil fungsinya sebagai campuran media tanam, polybag
fungsinya sebagai wadah untuk menanam, pupuk Urea, SP-36, MOP, CaCO3, Kieseit funsginya untuk memberi perlakuan pada
tanaman, label fungsinya memberi penanda pada polybag dan air fungsinya utuk
menyiram tanaman.
Adapun
alat yang digunakan adalah sendok pasir, wadah plastik. ember batu bata, label
nama, timbangan, gembor,dan meteran.
Metode
Percobaan
Adapun percobaan ini menggunakan
rancangan acak kelompok (RAK) dengan 12 perlakuan. Adapun masing-masing
perlakuan tertera pada tabel 1.
Tabel. 1.
No.
|
Perlakuan
|
Unsur Hara
|
1.
|
Kontrol
|
-
|
2.
|
Lengkap
|
N P K
Ca Mg
|
3.
|
-N
|
P K
Ca Mg
|
4.
|
-P
|
N K
Ca Mg
|
5.
|
-K
|
N P
Ca Mg
|
6.
|
-Ca
|
N P K Mg
|
7.
|
-Mg
|
N P K
Ca
|
8.
|
-NP
|
K Ca
Mg
|
9.
|
-NK
|
P Ca
Mg
|
10.
|
-PK
|
N
Ca Mg
|
11.
|
-Kca
|
N P
Mg
|
12.
|
-CaMg
|
N P K
|
Tabel. 2. Jenis Pupuk dan Dosis
Perlakuan
Jenis Pupuk
|
Kadar Hara
|
Dosis
Perlakuan
|
Jumlah Pupuk
(g/pot)
|
Urea
|
45% N
|
250 ppm N
|
3
|
SP-36
|
36 % P2O5
|
150 ppm P
|
5
|
MOP
|
60 % K2O
|
100 ppm K
|
1
|
CaCo3
|
56% CaO
|
75 ppm Ca
|
1
|
Kieserit
|
27 % MgO
|
75 ppm Mg
|
2.3
|
Tabel.
3. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan untuk setiap perlakuan pada saat tanam
No.
|
Perlakuan
|
Ure
(g/pot)
|
SP-36
|
MOP
|
CaCo3
|
Kiserit
|
1.
|
Kontrol
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2.
|
Lengkap
|
3
|
5
|
1
|
1
|
2.3
|
3.
|
N
|
-
|
5
|
1
|
1
|
2.3
|
4.
|
P
|
3
|
-
|
1
|
1
|
2.3
|
5.
|
K
|
3
|
5
|
-
|
1
|
2.3
|
6.
|
Ca
|
3
|
5
|
1
|
-
|
2.3
|
7.
|
Mg
|
3
|
5
|
1
|
1
|
-
|
8.
|
NP
|
-
|
-
|
1
|
1
|
2.3
|
9.
|
NK
|
-
|
5
|
-
|
1
|
2.3
|
10.
|
PK
|
3
|
-
|
-
|
1
|
2.3
|
11.
|
Kca
|
3
|
5
|
-
|
-
|
2.3
|
12.
|
CaMg
|
3
|
5
|
1
|
-
|
-
|
PELAKSANAAN
PERCOBAAN
Pengambilan
Contoh Tanah Komposit
Tanah
diambil secara komposit di lahan daerah Kec. Tiga Panah Berastagi Kab. Tanah Karo, Sumatera Utara.
Pada setiap titik, tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm setelah terlebih dahulu
tumbuhan di atasnya dibersihkan. Bahan tanah yang diambil dicampurkan secara
merata dan ditempatkan pada wadah/karung yang bersih (bukan karung bekas pupuk
atau pestisida).
Penanganan
Contoh Tanah
Contoh
tanah yang telah diambil harus ssegera dikering udarakan dengan cara
mnganginkannya (tidak dijemur di bawah cahaya matahari). Bila telah kering maka
dilakukan pengayakan dengan ayakan 8 mesh (ayakan pasir). Tanah yang telah
kering udara (KA<10%) dimasukkan ke pot ((polybag) setara dengan 5kg berat
kering mutlak/pot, yaitu dengan menggunakan rumus :
BTKU = BTKO + (%KA x BTKO)
BTKU
: Berat tanah kering udara
BTKO
: Berat tanah kering oven
%KA
: Persen kadar air tanah
Vair
: =(%KL-%KA) x BTKO
Vair
: Volume air penyiraman
Pemberian
Label
Apabila
seluruh pot telah berisi tanah maka dilakukan pemasangan label pada setiap pot
sesuai dengan perlakuannya. Label dibuat dari kertas dengan ukuran 15 x 10 cm
yang diberi plastik agar tidak basah dan rusak kena air. Label ditulis dengan
huruf Times New Roman ukuran font 60.
Pemupukan
Aplikasi
pupuk dilakukan sesuai dengan perlakuan dan dosis dari masing-masing pupuk.
Pada saat tanam, seluruh dosis pupuk ditaburkan secara merata di permukaan
tanah dan kemudian diaduk sedikit agar tertimbun tanah. Untuk pot yang akan
ditanami padi, sebelum diberi pupuk tanahnya terlebih dahulu dilumpurkan dan
selanjutnya digenangi dengan air setinggi 4 cm.
Penanaman
Tanaman Indikator
Benih
tanaman indikator ditanam tepat di tengah pot sebanyak 2 lubang. Masing-masing
lubang ditanami 2 biji pada kedalaman 2-3 cm.
Penyiraman
dan Pemeliharaan
Penyiraman
dilakukan setiap hari kecuali hari hujan bagi penelitian di lapangan. Air
penyiram yang dipakai haruslah air bebas ion (aquadest) atau dalam hal ini
biasanya dipakai air hujan yang ditampung pada wadah plastik. Penyiraman ke pot
tidak dilakukan secara langsung tetapi dipercikkan. Seminggu setelah tanam,
perlu dilakukan seleksi tanaman dalam pot dengan meninggalkan dua tanaman yang
kuat dan yang lainnya dipotong mnggunakan gunting. Penyiangan gulma dilakukan
terus menerus dan pemberantasan hama/penyakit dilakukan secara preventif dengan
menyemprotkan insektisida.
Pengamatan
Pengamatan dimulai seminggu setelah
tanam, parameter yang diamati :
a.
Tinggi tanaman. Diamatti setiap minggu.
Diukur mulai dasar batang hingga titik tumbuh atau sampai daun terpanjang. Agar
tidak terjadi perubahan dasar pengukuran akibat pembumbunan, maka perlu dibuat
patok dasar pengukuran berupa kayu kecil yang ditanamkan dekat batang dan
diberi tanda awal pengukuran.
b.
Jumlah daun dan diameter batang, diamati
setiap minggu (tanaman indikator).
c.
Berat kering tajuk (batang dan daun).
Umur 8 minggu setelah tanam dilakukan pemotongan bagian atas tanaman pada
pangkal batang. Batang dan daun dicuci dengan air, dibiarkan kering, baru
kemudian dimasukkan ke dalam amplop yang telah diberi lobal dan label sesuai
perlakuan. Selanjutkan dikering ovenkan pada temperatur 70°C.
d.
Berat kering akar. Setelah batang
dipotong, amaka akar yang tinggal di dalam tanah dikeluarkan dengan cara
mencuci tanah dengan air hingga akar terlepas, kemudian dicuci bersih,
dibiarkan kering, baru kemudian dimasukkan ke dalam amplop yang telah diberi
lobal dan label sesuai perlakuan. Selanjutkan dikering ovenkan pada temperatur
70°C.
Panen
Panen dilakukan pada umur 9 MST.
Difoto terlebih dahulu tanaman utuh jagung dengan polybag. Setelah itu dibuka
polybag lalu dicuci akar dengan air sampai bersih. Kemudian dimasukkan ke dalam
amplop masing-masing.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi
Tanaman
Dari hasil pengamatan tinggi tanaman jagung (Zea maysL.) pada 7 MST
diperoleh hasil sebagai berikut
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rataan
|
I
|
II
|
|
Kontrol
|
136,9
|
76,3
|
100,6
|
50,3
|
Lengkap
|
120,7
|
119,3
|
168,6
|
84,3
|
-N
|
118,7
|
115,2
|
107,7
|
53,85
|
-P
|
128,3
|
131,5
|
165,7
|
82,85
|
-K
|
129,5
|
122,6
|
181,5
|
90,75
|
-Ca
|
135,4
|
136,2
|
271,6
|
135,8
|
-Mg
|
132,9
|
128,2
|
261,1
|
130,6
|
-NP
|
80,3
|
76,2
|
117,7
|
58,85
|
-NK
|
67,2
|
85,3
|
150,1
|
75,05
|
-PK
|
124,1
|
121,2
|
154,5
|
77,25
|
-KCa
|
125,3
|
148,2
|
273,5
|
136,7
|
-CaMg
|
147,2
|
143,3
|
290,5
|
145,2
|
Jumlah
Daun
Dari hasil pengamatan jumlah daun tanaman
jagung (Zea maysL.) pada 7 MST diperoleh hasil sebagai berikut.
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rataan
|
I
|
II
|
|
Kontrol
|
5
|
5
|
10
|
5
|
Lengkap
|
7
|
7
|
14
|
7
|
-N
|
7
|
4
|
11
|
5,5
|
-P
|
6
|
5
|
11
|
5,5
|
-K
|
6
|
6
|
12
|
6
|
-Ca
|
7
|
6
|
13
|
6,5
|
-Mg
|
6
|
7
|
13
|
6,5
|
-NP
|
4
|
5
|
9
|
4,5
|
-NK
|
7
|
5
|
12
|
6
|
-PK
|
6
|
3
|
9
|
4,5
|
-KCa
|
6
|
7
|
13
|
6,5
|
-CaMg
|
7
|
7
|
14
|
7
|
Diameter Batang
Dari hasil pengamatan
diameter tanaman jagung (Zea maysL.) pada 7 MST diperoleh hasil sebagai
berikut.
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rataan
|
I
|
II
|
|
|
|
|
|
|
|
Kontrol
|
9,2
|
8,9
|
18,1
|
9,05
|
Lengkap
|
12,4
|
12,1
|
24,5
|
12,25
|
-N
|
8,2
|
7,9
|
16,1
|
8,05
|
-P
|
17,2
|
16,9
|
34,1
|
17,05
|
-K
|
14,5
|
14,2
|
28,7
|
14,35
|
-Ca
|
10,3
|
11,7
|
22
|
11
|
-Mg
|
9,5
|
10.1
|
19,6
|
9,8
|
-NP
|
9,2
|
8,9
|
18,1
|
9,05
|
-NK
|
10,3
|
10
|
20,3
|
10,15
|
-PK
|
14,2
|
13,9
|
28,1
|
14,05
|
-KCa
|
12,5
|
12,2
|
24,7
|
12,3
|
-CaMg
|
12,3
|
12,5
|
24,8
|
12,4
|
Berat
Kering Tajuk
Dari hasil pengamatan berat
kering tajuk tanaman jagung (Zea maysL.) diperoleh hasil sebagai berikut.
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rataan
|
%
|
Kriteria
|
|
I
|
II
|
|
|
|
|
Kontrol
|
19,8
|
4,7
|
103
|
12,25
|
35,7
|
Berat
|
Lengkap
|
55,4
|
46,8
|
128
|
51,1
|
100
|
Cukup
|
-N
|
7,3
|
7,4
|
101
|
7,35
|
13,17
|
Gawat
|
-P
|
24,4
|
24,4
|
68
|
24,4
|
44,04
|
Berat
|
-K
|
39,4
|
38
|
109
|
38,7
|
71,11
|
Sedang
|
-Ca
|
56,2
|
51,6
|
125
|
53,9
|
101,4
|
Cukup
|
-Mg
|
44,6
|
47,6
|
122
|
46,1
|
80,5
|
Sedang
|
-NP
|
6,1
|
5,9
|
70
|
6
|
11,01
|
Gawat
|
-NK
|
8,6
|
8,4
|
79
|
8,5
|
15,52
|
Gawat
|
-PK
|
12,2
|
11,2
|
94
|
11,7
|
22,02
|
Berat
|
-KCa
|
59,4
|
48,5
|
111
|
53,95
|
107,22
|
Cukup
|
-CaMg
|
6,4
|
6,5
|
116
|
6,45
|
11,55
|
Gawat
|
Berat Kering Akar
Dari hasil pengamatan berat
kering akar tanaman jagung (Zea maysL.) diperoleh hasil sebagai berikut.
Perlakuan
|
Ulangan
|
Total
|
Rataan
|
%
|
Kriteria
|
I
|
II
|
|
|
|
|
Kontrol
|
3,9
|
2,8
|
47,45
|
3,35
|
15,11
|
Gawat
|
Lengkap
|
25,8
|
16,3
|
131,1
|
21,05
|
100
|
Cukup
|
-N
|
3,6
|
4,8
|
54,2
|
4,2
|
13,95
|
Gawat
|
-P
|
4,8
|
4,1
|
54,5
|
4,45
|
18,6
|
Gawat
|
-K
|
13,2
|
11,8
|
43,15
|
12,5
|
51,16
|
Sedang
|
-NP
|
2,4
|
2,8
|
40
|
2,6
|
9,3
|
Cukup
|
-NK
|
4
|
3,1
|
42,5
|
3,55
|
15,5
|
Gawat
|
-PK
|
7,8
|
7,5
|
45
|
7,65
|
30,2
|
Berat
|
Pembahasan
Dari hasil percobaan diketahui
bahwa tinggi tanaman jagung(Zea maysL.) tertinggi pada perlakuan –CaMg
yaitu sebesar 145,2cm. Hal ini dikarenakan walaupun tanaman kekurangan unsur –CaMg, tetapi tanaman tidak kekurangan unsur lain
yang penting dalam pertumbuhan vegetatifnya seperti unsur N, P, sehingga
tanaman masih dapat bertumbuh dengan baik. Hal ini sesuai dengan literatur
Winarso (2005) yang menyatakan bahwa makin tingginya efisiensi pemupukan N
berarti makin tinggi unsur N yang tersedia bagi tanaman atau makin rendah N yang
hilang melalui penguapan dan pencucian. Kehilangan N melalui penguapan menjadi
NH3 bisa mendekati nol apabila pupuk diberikan hingga kedalaman 15 – 23 cm.
Dari hasil percobaan
diketahui bahwa tinggi tanaman jagung (Zea
maysL.) terendah pada perlakuan kontrol
yaitu sebesar 50,3cm. hal
ini dikarenakan tanaman mengalami kekurangan unsur yang fungsinya erat dengan
pertumbuhan vegetatif tanaman itu sendiri, sehingga menyebabkan pertumbuhan
tanaman menjadi terhambat. Hal ini sesuai dengan literatur Foth (1994) yang
menyatakan bahwa meskipun salah satu fungsi nitrogen yang paling menyolok
adalah dorongan pertumbuhan vegetatif di atas tanah, pertumbuhan ini tidak
dapat berlangsung kecuali dengan adanya cukup banyak fosfor, kalium, dan
unsur-unsur utama lainnya yang tersedia.
Dari tabel diketahui bahwa
jumlah daun tanaman jagung (Zea maysL.) tertinggi pada perlakuan Lengkapdan -CaMg yaitu
sebesar 7 helai. Hal ini disebabkan karena unsur hara N berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan
perkembangan daun. Hal ini sesuai dengan literatur Winarso (2005) yang menyatakan bahwa Kalium
diserap tanaman dari tanah dalam bentuk ion (K+). Tidak seperti halnya dengan N
dan P, unsur K di dalam tanaman tidak dalam bentuk senyawa organik. Fungsi
utama yang telah lama diketahui adalah erat hubungannya dengan metabolisme
tanaman dari beberapa proses yang terjadi dalam tanaman. Kalium sangat vital
dalam proses fotosintesis.
Dari tabel diketahui bahwa
jumlah daun tanaman jagung (Zea maysL.) terendah pada perlakuan –PK, -NP
yaitu sebesar 4,5 helai. Hal ini dikarenakan pada saat percobaan dilakukan, tanaman
diserang hama sehingga tanaman pertumbuhannya terhambat.Hal ini sesuai dengan
literature Winarso (2005) yang menyatakan bahwa Kalsium diserap tanaman sebagai
bentuk kation, Ca+2. Ion kalsium diambil tanaman dapat berasal dari larutan
tanah dan dipermukaan liat (bentuk dapat ditukar) melalui intersepsi akar atau
kontak pertukaran. Kadar Ca+2 dalam larutan tanah pada daerah-daerah dengan
curah hujan tinggi biasanya sedikit, sehingga dapat membatasi pertumbuhan tanaman.
Dari hasil percobaan
diketahui bahwa diameter tanaman jagung (Zea maysL.) tertinggi
pada perlakuan -P yaitu sebesar 17,05 cm. Hal
ini dikarenakan fosfor akan mempercepat kedewasaan pada tanaman sehingga
tanaman akan tumbuh dengan cepat. Hal ini sesuai dengan literatur Foth (1994)
yang menyatakan bahwa pengaruh fosfor yang terlalu sedikit atau terlalu banyak
pada pertumbuhan tanaman kurang menyolok dibandingkan dengan pengaruh nitrogen
atau kalium. Tampaknya fosfor lebih mempercepat kedewasaan daripada sebagian
besar hara lainnya, karena stimulasi yang berlebihan mendorong kedewasaan yang
lebih awal.
Dari hasil percobaan
diketahui bahwa diameter tanaman jagung (Zea maysL.) terendah
pada perlakuan –N yaitu
sebesar 8,05 cm. Hal
ini dikarenakan, karena tanaman yang kekurangan N dan P biasanya akan mengalami
penghambatan pertumbuhan vegetatif. Hal
ini sesuai dengan literatur Damanik dkk (2011) yang menyatakan bahwa kahat kalsium pada
tanaman menghambat pertumbuhan akar, batang,
akibatnya tidak dapat memperoleh air dan unsur hara yang cukup dari dalam
tanah. Secara visual gejala yang tampak pada tanaman yang kahat kalsium, dapat
dilihat dari pertumbuhannya yang kerdil,karena sel-sel yang baru jumlahnya
sedikit. Pertumbuhan serta mekarnya daun-daun muda dan pucuk-pucuk terhambat,
juga mengalami pertumbuahan tepi-tepi daun, sehingga daun-daun menjadi
keriting.
Dari tabel diketahui bahwa berat
kering tajuk tanaman
jagung (Zea maysL.) tertinggi terdapat pada perlakuan –NP yaitu sebesar 53,95. Hal ini terjadi karena
kalium berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk. Hal ini terjadi karena
kalium berperan dalam meningkatkan ketebalan dinding sel dan kekuatan batang.
Hal ini sesuai dengan literatur Foth
(1994) yang menyatakan bahwa kalium mempunyai pengaruh
sebagai penyeimbang keadaan bila tanaman kelebihan nitrogen. Unsur ini
meningkatkan sintesis dan translokasi karbohidrat, sehingga meningkatkan
ketebalan dinding sel dan kekuatan batang. Kalium juga meningkatkan kandungan
gula pada tanaman bit dan tebu.
Dari tabel diketahui bahwa berat
kering tajuk tanaman
jagung (Zea maysL.) terendahterdapat pada perlakuan –NP yaitu sebesar6. Hal ini disebabkan karena
unsur hara N berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun. Hal ini sesuai dengan literatur
Hakim dkk (1986) yang menyatakan bahwa nitrogen
merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting dan dapat disediakan
melalui pemupukan. Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan
sampai pematangan biji. Adapun peran unsur nitrogen adalah mempengaruhi
pembentukan protein, bagian yang integral dari klorofil dan meningkatkan
produksi tanaman, pembentukan sel,
jaringan, dan organ tanaman pengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
Dari tabel diketahui bahwa
berat kering akar tanaman
jagung (Zea maysL.) tertinggi terdapat pada
perlakuan lengkap yaitu sebesar 21,05. Hal ini disebabkan karena
unsur hara N berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun. Hal ini sesuai dengan literatur
Hakim dkk (1986) yang menyatakan bahwa nitrogen
merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting dan dapat disediakan
melalui pemupukan. Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan
sampai pematangan biji. Adapun peran unsur nitrogen adalah mempengaruhi
pembentukan protein, bagian yang integral dari klorofil dan meningkatkan
produksi tanaman, pembentukan sel,
jaringan, dan organ tanaman pengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
Dari tabel diketahui bahwa
berat kering akar tanaman
jagung (Zea maysL.) terendah terdapat pada
perlakuan -NP yaitu sebesar 2,6.Hal ini disebabkan karena
unsur hara N berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun. Hal ini sesuai dengan literatur
Hakim dkk (1986) yang menyatakan bahwa nitrogen
merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting dan dapat disediakan
melalui pemupukan. Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan
sampai pematangan biji. Adapun peran unsur nitrogen adalah mempengaruhi
pembentukan protein, bagian yang integral dari klorofil dan meningkatkan produksi
tanaman, pembentukan sel, jaringan, dan
organ tanaman pengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi
tanaman jagung (Zea maysL.) tertinggi pada perlakuan –CaMg yaitu
sebesar 145,2cm dan terendah
pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 50,3cm.
2.
Dari tabel diketahui bahwa jumlah daun tanaman
jagung (Zea maysL.) tertinggi pada perlakuan Lengkap, -CaMg yaitu sebesar 7 helai
dan terendah pada perlakuan –PK, -NP yaitu sebesar 4,5 helai.
3.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa diameter
tanaman
jagung (Zea mays L.) tertinggi pada perlakuan -P yaitu sebesar 17,05 cm dan terendah
pada perlakuan –N yaitu sebesar 8,05 cm.
4.
Dari tabel diketahui bahwa berat kering tajuk
tanaman
jagung (Zea mays L.) tertinggi terdapat pada perlakuan –NP yaitu sebesar 53,95 dan terendahterdapat
pada perlakuan –NP yaitu sebesar6.
5.
Dari tabel diketahui bahwa berat kering
akartanaman
jagung (Zea mays L.) tertinggi terdapat pada
perlakuan lengkap yaitu sebesar 21,05
dan terendah terdapat pada perlakuan -NP yaitu sebesar 2,6.
Saran
Dalam melakukan percobaan,
sebaiknya praktikan lebih teliti dalam pelaksanaan prosedur percobaan agar
hasil percobaan lebih efektif.