Jumat, 20 Januari 2017




EVALUASI KESUBURAN TANAH DENGAN METODE SUBSTRAKSI
(Missing Element Technic) PADA TANAMAN
JAGUNG (
Zea mays L.)


LAPORAN
Oleh:

IME CHELSI PUTRI HUTAURUK
140301014
AGROEKOTEKNOLOGI I A








FTANIAN





LABORATORIUM  KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016



EVALUASI KESUBURAN TANAH DENGAN METODE SUBSTRAKSI
(Missing Element Technic) PADA TANAMAN
JAGUNG (
Zea mays L.)



LAPORAN
Oleh:

IME CHELSI PUTRI HUTAURUK
140301014
AGROEKOTEKNOLOGI I A




Laporan  Sebagai  Salah  Satu  Syarat  untuk  Dapat  Memenuhi  Komponen  Penilaian di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan




FTANIAN



 
LABORATORIUM  KESUBURAN TANAH DAN PEMUPUKAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016



Judul        : Evaluasi Kesuburan Tanah dengan Metode Substraksi (Missing Element Technic) pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Nama           : Ime Chelsi Putri Hutauruk
NIM            : 140301014
Grup            : AET 1 A






Diketahui Oleh :
Dosen Penanggung Jawab

  
 
(Ir. Fauzi, MP)
NIP. 195711101986011003


         Diperiksa oleh :                                                             Diperiksa oleh :
    Asisten Koordinator                                                        Asisten Korektor




   (Fitra Rizki Aghita Purba)                                             (Dea Walucky Br. Saragih)
        NIM. 120301226                                                            NIM. 120301034




PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Andisol adalah salah satu jenis tanah yang relatif subur namun mempunyai tingkat jerapan P yang tinggi karena dirajai oleh mineral amorf seperti alofan, imogolit, ferihidrit dan oksida-oksida hidrat Al dan Fe dengan permukaan spesifik yang luas (Munir, 1996; Uehara dan Gillman, 1981). Oleh karena itu pengelolaan Andisol perlu diarahkan untuk menurunkan kemampuan jerapan dan meningkatkan ketersediaan P antara lain dengan menggunakan asam humat dan asam silikat (Sukmawati, 2011).
            Jagung sebagai pangan adalah sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu juga digunakan pula sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku industri (Sudaryanto et al.,1986). Kebutuhan dan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya industri yang menggunakan jagung sebagai bahan baku seperti industri makanan dan pakan ternak. Peningkatan produksi yang telah dicapai melalui perluasan areal tanam dan perbaikan teknologi produksi ternyata belum mampu untuk mengimbangi kebutuhan dan konsumsi jagung di dalam negeri (Indrasari dan Abdul, 2006).
            Pemupukan pada umumnya bertujuan untuk memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah sehingga tanaman dapat tumbuh lebih cepat, subur dan sehat. Sutejo (1995) serta Roesmarkam & Yuwono (2002) menyatakan bahwa pemupukan dimaksudkan untuk mengganti kehilangan unsur hara pada media atau tanah dan merupakan salah satu usaha yang penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman (Marvelia et al., 2006).
Di Indonesia Jagung merupakan tanaman sereal yang penting setelah gandum dan padi. Kondisi iklim yang panas dan agak lembab sangat baik untuk pertumbuhan tanaman jagung. Effendi (1985) menyatakan bahwa jagung akan tumbuh baik pada curah hujan 2500-5000 mm/tahun. Menurut Soebandi (1983) tanaman jagung toleran pada tanah dengan kemasaman sedang sampai agak alkali (Yunita, 2004).
            Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman harus mempunyai kandungan hara yang cukup untuk menunjang proses pertumbuhan tanaman sampai berproduksi, artinya tanah yang digunakan harus subur. Ketersediaan hara dalam tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik. Hakim dkk. (1986) menyatakan bahwa bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah. Secara garis besar, bahan organikmemperbaiki sifat-sifat tanah meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Sutanto, 2002).
Tujuan Praktikum
            Adapun tujuan praktikum untuk mengetahui status unsur hara tanah andisol dengan metode substraksi.
Tujuan Penulisan
·         Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
·         Dan sebagai bahan bacaan bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Andisol
            Andisol adalah salah satu jenis tanah yang relatif subur namun mempunyai tingkat jerapan P yang tinggi karena dirajai oleh mineral amorf seperti alofan, imogolit, ferihidrit dan oksida-oksida hidrat Al dan Fe dengan permukaan spesifik yang luas (Munir, 1996; Uehara dan Gillman, 1981). Oleh karena itu pengelolaan Andisol perlu diarahkan untuk menurunkan kemampuan jerapan dan meningkatkan ketersediaan P antara lain dengan menggunakan asam humat dan asam silikat (Sukmawati, 2011).
            Tanah ordo Andisol termasuk tanah yang berkembang dari bahan induk vulkanik. Indonesia memiliki penyebaran Andisol yang cukup luas, yaitu sekitar 5,0 juta ha atau sekitar 2,9% dari luas daratan Indonesia. Tanah ini tersebar di Sumatera 2,6 juta ha, Jawa 1,7 juta ha, Nusa Tenggara 0,4 juta ha dan Papua 0,3
juta ha (Puslittanak, 2000). Tanah ini dicirikan oleh adanya sifat tanah andik, yaitu mempunyai kadar bahan organik kurang dari 25% dan kandungan bahan amorf (alofan, imogolit, ferrihidrit, atau senyawa komplek Al-humus) cukup tinggi (Soil Survei Staff, 1998). Kandungan bahan amorf yang tinggi menyebabkan jerapan P di tanah Andisol sangat tinggi (Karnilawati dkk., 2013).
            Bahan induk tanah Andisol terbentuk dari bahan vulkanik yang berasal dari wilayah dan aktivitas vulkanik. Bahan induk ini awalnya terbentuk dari debu
vulkan menjadi aliran lava, beberapa terdapat batuan besar dan ledakan vulkanik
hasil dari ledakan erupsi. Karena letusan mengandung banyak bahan (debu, pumice, batuan), banyak lapisan tanah Andisol terbentuk sepanjang pergerakan
massa tanah membentuk berbagai lapisan. Pembentukan tanah Andisol juga tergantung dengan kelembaban dan regim temperatur dimana ditemukan banyak
variasi terhadap pembentukannya. Namun umumnya tanah Andisol dijumpai di
daerah beriklim tropis (Gusbiandha, 2011).
            Tanah Andosol yang berkembang dari abu vulkan, dirajai bahan-bahan amorf  (alofan, imogilit dan fraksi humus), persoalan utama yang dihadapi adalah tingginya kapasitas jerapan P, bahkan melebihi jerapan P oleh oksida hidrat Al dan Fe (Mengel & Kirby, 1987). Hal ini disebabkan karena bahan amorf mempunyai permukaan spesifik yang luas, sehingga jerapan P tanah lebih tinggi (Nuryani et al., 2006).
            Andisol dicirikan oleh kandungan bahan organik yang tinggi. Tanah ini mengandung jumlah unsur nitrogen yang tinggi, kalium sedang, dan kandungan fosfor yang rendah. Nilai KTK berkisar antara 23.9-44.4 me/100g. Andisol di Indonesia berkembang di daerah yang kaya abu vulkanik dan pada umumnya di daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari 1000 m dari atas permukaan laut seperti di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Halmamera (Yunita, 2004).
            Selain pada tanah-tanah masam, masalah ketidaktersediaan P ini juga terjadi pada tanah-tanah yang berkembang dari bahan vulkanik yang mengandung Iiat amorf seperti Andisol. Andisol merupakan tanah yang mengandung bahan mineral yang bersifat amorf yang sangat reaktif terhadap anion polivalen seperti
P, dan kekuatan ikatan P oleh gugus amorf ini lebih besar daripada oksida kristal. Namun demikian, tanah ini potensial untuk areal pertanian tanaman hortikultur (Djunitawati et. al., 2003).
Unsur Hara
            Pada umumnya tanggapan tanaman terhadap suatu unsur hara bisa berubah-ubah tergantung pada status ketersediaan hara lainnya. Berdasarkan adanya saling keterkaitan yang sifatnya interaksi positif ataupun negatif dari setiap unsur hara dengan unsur hara lainnya serta adanya pengaruh dari lingkungan terhadap interakasi tersebut di dalam tanah aka kiranya perlu dipelajari interaksi antara N dan P pada tanaman jagung di datanh Latosol dan regosol (Fahmi et al,. 2010).
            Tanaman dapat menyerap unsur hara melalui akar atau melalui daun. Unsur C dan O diambil tanaman dari udara sebagai CO2 melaui stomata daun dalam proses fotosintesis. Unsur H diambil dari air tanah (H2O) oleh akar tanaman. Dalam jumlah sedikit air juga diserap tanaman melalui daun. Penelitian dengan unsur radioaktif menunjukkan bahwa hanya unsur H dari air yang digunakan tanaman, sedang oksigen dalam air tersebut dibebaskan sebagai gas (Donahue, Miller, Shickluna, 1977). Unsur-unsur hara lain diserap akar tanaman dari tanah. Walaupun demikian banyak unsur hara yang bila disemprotkan sebagai larutan hara dapat diserap tanaman melaui daun. Tanaman menyerap unsur hara dalam tanah umumnya dalam bentuk ion.
            Sistem pertanian intensif yang cenderung menitikberatkan pada hasil yang lebih tinggi tanpa memperhatikan keseimbangan hara mengakibatkan pengurasan hara dalam tanah. Perlunya penelitian status hara dalam tanah adalah untuk mengetahui ketersediaan hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman akan hara tersebut khususnya Ca, Mg dan S sebagai upaya melakukan pemupukan berimbang (Hartati dkk., 2012).
            Nitrogen (N)
            Nitrogen tidak tersedia dalam bentuk mineral alami seperti unsur hara lainnya. Sumber nitrogen yang terbesar berupa udara yang sampai ke tanah melalui air hujan atau udara yang diikat oleh bakteri pengikat nitrogen. Contoh bakteri pengikat nitrogen adalah Rhizobium spp.  yang ada di bintil substansi hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen digunakan oleh tanaman untuk membentuk asam amino yang diubah menjadi protein. Nitrogen juga dibutuhkan untuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan enzim. Karena itu nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada setiap vegetatif seperti pertumbuhan generatif. Jika kebutuhan nitrogen mulai berkurang dalam tanah, maka pertumbuhan tanaman yang baik tidak akan terjadi (Novizan, 2005).
            Pupuk nitrogen (N) termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini termasuk pupuk makro, sesuai dengan namanya, pupuk dalam kelompok ini didominasi oleh unsure nitrogen (N).Adanya unsur lain di dalamnya lebih bersifat sebagai pengikat atau katalisator (Lingga dan Marsono, 2000).
            Pada tanaman masih muda seluruh permukaan daun berwarna hijau kekuningan. Daun berwarna kuning pada ujung daun dan melebar menuju tulang daun. Warna kuning membentuk huruf V. Gejala nampak pada daun bagian bawah, karena N sifatnya mobil dalam tanaman, gejala kahat N ini berangsur-angsur akan merambah ke daun-daun di atasnya. Daun  tua akan mati dan tanaman yang kekurangan N akan tumbuh kerdil, pembungaan terlambat, dan pertumbuhan akar terbatas sehingga produksi rendah
            Urea merupakan pupuk dasar utama yang diberikan pada tanaman. Nitrogen yang dikandungnya lepas dalam bentuk ammonia dan sebagian bereaksi dengan tanah membentuk nitrat dan nitrit. Sebagian tanaman, misalnya    tembakau, tidak tahan nitrit sehingga tidak baik jika dipupuk dengan urea  (Marsono dan Sigit, 1995).
            Nitogen (N), zat lemas ini berfungsi untuk : (a) meningkatkan pertumbuhan tanaman; (b) menyehatkan hijau daun (khlorofil); (c) meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman; (d) meningkatkan kualitas tanaman yang menghasilkan daun; (e) meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme dalam tanah yang penting bagi kelangsungan pelapukan bahan organis. Gejala kekurangan N yaitu terdapatnya penyimpangan pertumbuhan daun, jaringan mati,, mengering. Pertumbuhan tanaman kerdil, pemasakan buah lebih cepat
 (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).
            Phospor (P)
            Fosfor (P) merupakan unsur esensial yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah relatif banyak, karena unsur ini secara langsng bertanggungjawab baik dalam proses metabolisme maupun sebagai aktivator berbagai enzim. Permasalahan P pada tanah andisol adalah ketersediaan P rendah karena kandungan mineral liat aluminosilikat amorf, oksidahidrat Fe dan Al, kompelks Al humus yang tinggi menyerap (mengadsorpsi) P kuat (Rahayu, 2003).
Menurut Nursyamsi dan Suprihati (2005)
            Diketahui juga bahwa unsur P berperan dalam pertumbuhan tinggi tanaman. Sigian et al. (2001) mengemukakan unsur P banyak ditemui didalam sel tanaman berupa unit-unit nukleotida, sedangkan nukleotida merupakan salah satu ikatan yanag mengandung P yang berperan dalam perkembangan sel tanaman. Kombinasi pupuk N+P (-K) juga memberikan kontribusi tertinggi setelah perlakuan N+K (-P). Hal ini disebabkan karena semakin tinggi pupuk N dan P di peroleh pertumbuhan vegetatif lebih baik. Unsur P juga penting pada tanaman jagung untuk penyerapan nitrogen yang berpengaruh terhadap tinggi tanaman (Hermanuddin et al., 2012).
 Bagi tanaman fosfor berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar, semai, memacu dan memperkuat pertumbuhan tanaman  dewasa pada umumnya, meningkatkan produksi biji-bijian. Unsur-unsur P merupakan bahan pembentuk inti sel, selain itu mempunyai peranan penting bagi pembelahan sel serta bagi perkembangan jaringan meristematik. Dapat membentuk ikatan fosfat berdaya tinggi yang dipergunakan untuk mempercepat proses-proses fisiologis        (Sutedjo danKartasapoetra, 1987).
            Di dalam tanah, fosfor sebagian besar berada dalam bentuk kalium fosfat (Ca3(PO4)2) yang sulit larut. Karena pengaruh asam di dalam tanah, maka dapat terbentuk kalium fosfat asam primer (Ca(H2PO4)2) yang mudah larut. Karena itu fosfat/fosfor boleh dikatakan diserap seluruhnya dalam bentuk ion H2PO4-. Namun konsentrasi ion ini di dalam air tanah. Tanaman juga dapat menyerap persenyawaan fosfor organik tertentu (Rinsema, 1993).
            Sumber fosfor alam yang dikenal mempunyai kadar P adalah batuan beku dan batuan endapan (sedimen), dimana bahan mineralnya mengandung apatit (Ca10(PO4,CO3)­6 (F,Cl,OH)­2, yang merupakan senyawa karbonat, fluor, chlor atau hidroksi apatit yang mempunyai kadar P2O5berkisar 15-30 %. Mineral ini sangat sukar larut dalam air dan tidak tersedia bagi tanaman. Fosfor juga dapat diikat sebagai anion yang dapat dipertukarkan dan dapat terikat dalam bentuk yang tidak dapat diabsorpsi tanaman. Sebagai akibat dari sifat kimia fosfat, konsentrasi fosfat dalam larutan tanah adalah rendah (Hakim, dkk., 1986).
            Meskipun tanah Andosol mempunyai kemampuan besar dalam mengikat P, tetapi karena P-total yang ada dalam tanah cukup tinggi, maka kandungan P-tersedia dalam tanah tersebut masih dapat memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ajidirman (2010) di Gunung Kerinci mendapatkan bahwa meskipun retensi fosfat tanah Andosol tinggi, tetapi karena kandungan fosfat total juga tinggi sehingga fosfat yang tersedia masih cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman
(Sukarman dan Ai Dariah, 2014).
            Tanah Andisol mengandung kaolonit dan kristobalit (oksida) dan mempunyai pH masam, Ca, Mg, dan Kdd, kadar P, serta kejenuhan basa (KB) rendah, dan mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) tanah tinggi. Kebutuhan pupuk suatu tanaman pada tanah tertentu tergantung dari sistem pengelolaan tanah, spesies tanaman, kadar hara dan perilakunya di dalam tanah. Contohnya sistem lahan sawah memerlukan pupuk lebih sedikit dibandingkan sistem lahan kering, tanaman kedelai memerlukan pupuk N yang lebih rendah dibandingkan spesies lainnya; kadar hara tanah tinggi memerlukan pupuk lebih sedikit dibandingkan kadar hara tanah rendah; dan retensi hara tinggi (P di tanah Andisol) memerlukan pupuk lebih tinggi dibandingkan retensi hara rendah
(Hutagalung, 2012).
            Unsur nitrogen dalam tanah Andosol merupakan unsur hara esensial yang
kandungannya lebih tinggi dibandingkan dengan tanah lainnya. Dari data kandungan nitrogen total yang dianalisis dari tanah Andosol di beberapa tempat di Pulau Jawa dan Sumatera menunjukkan bahwa kandungan nitrogen rata-rata tergolong sedang (0,33%) dengan kisaran antara 0,11 sampai 0,76% (Tabel 19). Hubungan antara kandungan C-organik dengan kandungan N total dari tanah Andosol yang berasal dari berbagai tempat di Indonesia disajikan dalam Gambar (Sukman dan Ai Dairiah, 2014).
            Kalium
             Unsur kalium merupakan unsur hara yang mudah mengadakan persenyawaan dengan unsur atau zat lainnya, misalnya klor dan magnesium. Unsur K berfungsi bagi tanaman yaitu untuk mempercepat pembentukan zat karbohidrat dalam tanaman, memperkokoh tubuh tanaman, memperkuat resistensi terhadap serangan hama/penyakit dan kekeringan dan meningkatkan kualitas biji. Dalam pembentukan biji padi misalnya, K merupakan unsur yang penting, menyebabkan tanahnya berpengaruh besar bagi pembentukan umbi-umbian unsur K mutlak penting (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).
            Salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl. Pupuk KCl yang dikenal selama ini sebagian besar merupakan hasil tambang. Endapan tambang kalium yang sangat terkenal ada di Perancis dan Jerman. Kandungan utama dari endapan tersebut adalah KCl dan K2SO4 karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 50 %. Jenis inilah yang banyak beredar di pasaran (Marsono dan Sigit, 1995).
            Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Di dalam tanah, ion tersebut bersifat sangat dinamis. Persedian kalium di dalam tanah dapat berkurang karena tiga hal, yaitu pengambilan kalium oleh tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi tanah. Biasanya tanaman menyerap kalium lebih banyak dari pada unsur lain, kecuali nitrogen (Novizan, 2005).
            Upaya untuk meningkatkan produksi jagung di tanah masam dapat dilakukan melalui pengelolaan tanaman yang sesuai dan manipulasi tanah yang tepat. Pemupukan K memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan produksi jagung di tanah Oxisols. Hara K merupakan hara makro bagi tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah banyak setelah N dan P. Kalium merupakan agen katalis yang berperan dalam proses metabolisme tanaman (Sutriadi et al., 2008).
            Fosfor tergolong unsur hara makro utama dan diserap tanaman umumnya dalam bentuk anion ortofosfat 16  (H2PO4- dan HPO42-). Andisol pada umumnya kahat unsur fosfor karena Andisol memiliki kapasitas fiksasi fosfor yang sangat tinggi, dan bila terjadi kekurangan fosfor akan menghambat pertumbuhan tanaman (Ajidirman, 2010).
            Kandungan unsur hara P dan K potensil tanah Andisol bervariasi, sebagian sedang sampai tinggi, dan sebagian lagi rendah sampai sedang. Jumlah basa-basa dapat tukar tergolong sedang sampai tinggi, dan didominasi oleh ion Ca dan Mg, sebagian juga K. Kapasitas tukar kation pada tanah Andisol, sebagian besar, sedang sampai tinggi dengan kejenuhan basa umumnya sedang. Reaksi tanah umumnya agak masam berkisar antara 5.6 sampai 6.5 (Safuan et al., 2005).
            Kalsium (K)
            Kalsium berasal dari pelapukan dari sejumlah mineral dan batuan yang sangat dominan, meliputi feldspar, apatit, limestone, dan gypsum. Mineralmineral tersebut sangat banyak jumlahnya, sehingga kebanyakan tanah mengandung kalsium yang cukup untuk kebutuhan kalsium tanaman. Tanah terbentuk dari bahan induk yang berkadar kapur tinggi yang mungkin memiliki tingkat kandungan kapur yang lebih tinggi dari kapur bebas (Plaster, 1992). Kalsium berfungsi bagi tanaman untuk (a). pengatur kemasaman tanah dan tubuh tanaman, (b). penting bagi pertumbuhan akar tanaman, (c). penting bagi pertumbuhan daun, dan (d). dapat menetralisasi akumulasi racun dalam tubuh tanaman. Menurut Mehlich dan drake dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2002), Ca seperti halnya dengan unsur K berperan mengatur proses fisika-kimia. Ion Ca menyebabkan dehidratasi, mempengaruhi rumah tangga air tanaman yang sifatnya antagonik dengan ion K. Ion Ca berperanan penting pula bagi pertumbuhan tanaman ke arah atas dan pembentukan kuncup. Kalsium merupakan kation yang sering dihubungkan dengan kemasaman tanah, disebabkan ia dapat mengurangi efek kemasaman. Disamping itu ia juga memberikan efek yang menguntungkan terhadap sifat dari tanah. Pada tanah daerah basah, kalsium bersama-sama dengan ion hidrogen merupakan kation yang dominan pada kompleks adsorbsi
(Hakim dkk., 1986).
            Kalsium diambil tanaman dalam bentuk ion Ca2+, berperan sebagai komponen dinding sel, dalam pembentukan struktur dan permeabilitas membran Universitas Sumatera Utara sel. Kalsium rata-rata menyusun 0,5% tubuh tanaman, banyak terdapat dalam daun dan pada beberapa tanaman mengendap sebagai Ca-oksalat dalam sel-sel. Kekurangan unsur ini akan menyebabkan terhentinya pertumbuhan tanaman akibat terganggunya pertumbuhan pucuk tanaman dan ujung-ujung akar (titik-titik tumbuh), serta jaringan penyimpan. Hal ini sebagai konsekuensi rusaknya jaringan meristematik akibat rusaknya permeabilitas dan struktur membran sel-sel (Hanafiah, 2005).
            Magnesium
            Sumber utama magnesium adalah batu kapur dolomit, merupakan bahan yang sangat baik memberikan Ca dan Mg selain untuk menetralisir keasaman tanah. Sumber lain meliputi K-Mg sulfat, Mg sulfat, Mg klorida, Mg oksida, dan sebagainya. Bentuk Mg sulfat lebih larut dibandingkan dengan batu kapur dolomit sehingga dapat digunakan sebagai bahan pupuk Mg yang segera dibutuhkan tanaman (Winarso, 2000).
            Magnesium berfungsi bagi tanaman yaitu untuk menyehatkan khlorofil, mengatur peredaran zat P dalam tubuh tanaman dan mengatur peredaran zat karbohidrat dalam tubuh tanaman. Magnesium merupakan komponen zat klorofil yang memainkan suatu peranan dalam beberapa reaksi enzim. Sumber-sumber magnesium yaitu Dolomitic Limestone (CaCO3MgCO3), Sulfat Potash Magnesium, Epsom Salt (MgSO47H2O), kieserit, Magnesia (MgO), Serpentin (Mg3SiO2(OH)4), Magnesit (MgCO3) (Sutedjo dan Kartasapoetra, 1987).
            Magnesium tanah berasal dari pelapukan mineral magnesium seperti biotit, dolomit dan sepertin. Berdasarkan ketersediaan bagi tanaman, maka magnesium dapat dibedakan menjadi bentuk-bentuk (1) larutan dalam air, (2) dapat dipertukarkan, (3) dalam kisi mineral tipe 2:1, dan (4) dalam mineral primer. Akibat proses pelapukan mineral-mineral magnesium, maka magnesium tersebut menjadi akan bebas dalam larutan tanah. Hal ini dapat menyebabkan magnesium hilang (1) hilang bersama perkolasi, (2) diserap tanaman, (3) diabsorbsi liat, dan (4) diendapkan menjadi mineral sekunder (Hakim, dkk, 1986).
            Magnesium diambil tanaman dalam bentuk ion Mg2+, terutama berperan sebagai penyusun khlorofil (satu-satunya mineral), tanpa khlorofil fotosintesis tanaman tidak akan berlangsung, dan sebagai aktivator enzim. Secara umum magnesium rata-rata menyusun 0,2% bagian tanaman. Sebagian besar terdapat di daun tetapi seringkali dijumpai dalam proporsi cukup banyak pada bebijian padi, jagung, sorgum, kedelai dan kacang tanah (Hanafiah, 2005).
Pupuk dan Pemupukan
            Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara  tanaman yang jika diberikan ke pertanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman. Sedangkan pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara tanaman yang tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk dan atau mempertahankan kesuburan tanah yang ada yang ditujukan untuk mencapai hasil/produksi yang tinggi (Gusbiandha, 2011).
            Terdapat 2 jenis pupuk yaitu pupuk anorganik (pupuk buatan) dan pupuk organik. Untuk mendapatkan hasil gabah yang tinggi dengan tetap mempertahankan kesuburan tanah,maka perlu dilakukan kombinasi pemupukan antara pupuk an organik dengan pupuk organik. Keuntungan dari aplikasi kombinasi kedua jenis pupuk tersebut adalah kekurangan sifat pupuk organik dipenuhi oleh pupuk an organik, sebaliknya kekurangan dari pupuk an organik dipenuhi oleh pupuk organik. (BPP SDM P, 2015).
            Pemupukan untuk tanaman tahunan dilakukan dua tahap, yaitu dua tahun
sekali untuk pupuk NPK dengan aplikasi di lubang tanam dan setahun sekali untuk pupuk kandang dengan aplikasi di bedengan. Pada tanaman semusim, pemupukan tanaman dilakukan setiap masa tanam, jenis pupuk dan aplikasi yang
dilakukan sama seperti tanaman tahunan. Untuk dosis yang diberikan, para petani
di wilayah ini tidak pernah menghitung besar pupuk yang diberikan, baik untuk
tanaman tahunan dan tanaman semusim (Gusbiandha, 2011).
            Adanya perbedaan tingkat kesuburan tanah inceptisol, ultisol dan andisol secara alami, maka tidak memungkinkan untuk dilakukan penetapan dosis pemupukan berdasarkan dosis anjuran yang dapat diberlakukan secara luas. Oleh karena itu maka, perlu dilakukan penelitia untuk mengetahui kemampuan tanah Inceptisol, ultisol, dan andisol mensuplai hara N, P, dan K bagi pertumbuhan tanaman (Safuan et al., 2005).
            Andisols adalah tanah-tanah yang digunakan secara luas oleh petani untuk pertanian hortikultura, perkebunan teh dan juga untuk peternakan. Penggunaan pupuk urea dan kotoran ternak sebagai sumber pupuk nitrogen (N) oleh petani sangat besar sehingga ada kekhawatiran bahwa telah terjadi pencemaran ion nitrat pada air tanah. Pengetahuan tentang kemampuan tanah dalam mengerap dan melepaskan nitrat menjadi sangat penting dalam kaitan pergerakan nitrat di dalam profil tanah sampai pada air tanah (Hartono dan Anwar, 2013).
            Beberapa usaha yang dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan P selain pemberian pupuk P dan pengapuran adalah pemberian bahan organik. Pemberian bahan organik dapat menurunkan pengikatan P yang semula dalam bentuk komplek menjadi ikatan yang lebih sederhana dan P menjadi lebih mudah tersedua bagi tanaman (Rahayu, 2003).
Defisiensi Unsur Hara
            Gangguan hara pada tanaman merupakan masalah utama bagi petani di dunia, disamping masalah-masalah penting lainnya. Gejala defisiensi hara atau kahat hara secara visual umumnya telah cukup membantu dalam mendiagnosis gangguan hara, terutama bila dilakukan oleh ahlinya. Apabila tanaman tidak menerima hara yang cukup maka pertumbuhannya akan lemah dan perkembangannya tampak abnormal. Menurut Baligar dan Duncan (1990) diagnosis defisiensi hara pada tanaman dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan dengan diagnosis gejala visual dan analisis tanaman
(Wijayani dan Didik, 2004).
            Gejala kahat hara yang timbul disebabkan karena kebutuhan hara tidak terpenuhi baik dari tanah maupun dari pemberian pupuk. Tanaman kekurangan unsur hara tertentu, maka gejala defisiensi yang spesifik akan muncul. Metode visual ini sangat unik karena tidak memerlukan perlengkapan yang mahal dan banyak serta dapat digunakan sebagai penunjang informasi yang sangat penting untuk perencanaan pemupukan pada musim berikutnya bagi teknik- teknik diagnostik lainnya. Kahat hara yang dapat di deteksi dini dapat diatasi dengan penambahan pupuk (BPTP, 2010).
            Untuk mengetahui kebutuhan unsur-unsur yang diperlukan tanaman dapat dilakukan dengan teknik water-culture (hidroponik). Suatu tanaman apabila kekurangan unsur hara akan mengalami gangguan pertumbuhan dan penyakit akibat kahat unsur hara ini dapat disembuhkan dengan memberikan unsur hara yang kekurangan tersebut (Wijayani dan Didik, 2004).
            Dalam pertumbuhan tanaman apabila kekurangan unsur hara makro sekunder maka pertumbuhan tanaman juga akan terganggu seperti halnya unsur hara primer (Winarso, 2005), sedangkan kebutuhan hara Ca, Mg, dan S kurang begitu diperhatikan petani hanya mengandalkan cadangan di dalam tanah (Novizan, 2002).

                Nitrogen (N)
            Pada tanaman masih muda seluruh permukaan daun berwarna hijau  kekuningan. Daun berwarna kuning pada ujung daun dan melebar menuju tulang
daun. Warna kuning membentuk huruf V. Gejala nampak pada daun bagian bawah, karena N sifatnya mobil dalam tanaman, gejala kahat N ini berangsur-angsur akan merambah ke daun-daun di atasnya. Daun tua akan mati dan tanaman yang kekurangan N akan tumbuh kerdil, pembungaan terlambat, dan pertumbuhan
akar terbatas sehingga produksi rendah (Erawati, 2010).
            Ada bermacam unsur hara yang apabila kekurangan maupun kelebihan dapat menimbulkan gejala pada tanaman. Ada dua kelompok unsur hara yang essensial bagi tanaman, kelompok pertama disebut unsur makro dan yang kedua adalah unsur hara mikro. Unsur hara makro relatif lebih banyak diperlukan oleh tanaman, sedangkan unsur hara mikro juga sama pentingnya dengan unsur hara makro, hanya dalam hal kebutuhan akan zat – zat ini hanya sedikit
(Fazariyani, 2015).
            Defisiensi kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda, jadi agak berlainan dengan gejala-gejala karena defisiensi N dan P. Gejala yang terdapat pada daun terjadi secara setempat-setempat. Pada permulaannya tampak agak mengkerut dan kadang-kadang mengkilap, selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun, pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor, berwarna coklat sering pula bagian yang bebercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi, dan kemudian mati (Ginting, 2010).
            Phospor (P)
                Mineral yang mengandung apatit (Ca10(PO4,CO3)­6 (F,Cl,OH)2 sangat sukar larut dalam air dan tidak tersedia bagi tanaman. P juga dapat diikat sebagai anion yang dapat dipertukarkan dan dapat terikat dalam bentuk yang tidak dapat diabsorbsi tanaman. Sebagai akibat dari sifat kimia fosfat, konsentrasi fosfat dalam larutan tanah adalah  rendah (Hakim dkk., 1986).
          Gejala defisiensi fosfat pada tanaman adalah ditandai dengan menguningnya pucuk dan tepian dedaunan bawah kemudian menggulung dan mengering, juga dapat menyebabkan hangusnya tetepian dedaunan bawah, daging daun membengkak dan mengenting serta menguningnya tepi daun bagian bawah (Hanafiah, 2005).
            Defisiensi unsur P menunjukkan gejala seperti pertumbuhan yang lambat, lemah, daun berwarna hijau tua, daun-daun tua mengalami pigmentasi ungu. Gejala-gejala tersebut ditunjukkan diawali pada daun-daun tua, sebagaimana sifat dan unsur P yang mobile dalam jaringan tanaman (Fahmi et al., 2010).
            Kandungan hara pada tanah semakin lama biasanya semakin berkurang karena seringnya digunakan oleh tanaman yang hidup diatas tanah tersebut, bila
keadaan seperti ini terus dibiarkan maka tanaman biasanya kekurangan unsur hara
sehingga pertumbuhan dan produksi mejadi terganggu. Kekurangan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dapat diatasi dengan pemupukan
(Marvelia et al., 2006).
Kalium (K)
            Kekahatan K merupakan kendala yang sangat penting dan sering terjadi di tanah Oxisols. Masalah tersebut erat kaitannya dengan bahan induk tanah yang miskin K, hara K yang mudah tercuci, karena KTK tanah rendah, dan curah hujan yang tinggi di daerah tropika basah sehingga K banyak yang tercuci
(Sutriadi et al., 2008).
            Kalium ditemui pada cairan sel tanaman. Ia tidak terikat secara kuat dan tidak merupakan bagian dari senyawa organik tanaman. Kalium sangat mudah di serap oleh tanaman dan bersifat sangat mobil. Ia akan bergerak dari jaringan-jaringan tua ke titiktitik pertumbuhan akar dan tajuk. Kalium selalu di serap lebih awal dari pada nitrogen dan fosfor. Hal ini berarti akumulasi kalium di periode pertumbuhan dan selanjutnya ditranslokasikan kebagian-bagian tanaman lainnya. Karena itu, gejala defesiensi K pertama kali pada daun-daun tua. Peranan kalium di dalam tanaman sangat berhubungan dengan kualitas hasil dan resistensi tanaman terhadap patogen-patogen tanaman (Ginting, 2010).
                Defisiensi kalium memang agak sulit diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih muda, jadi agak berlainan dengan gejala-gejala karena defisiensi N dan P. Gejala yang terdapat pada daun terjadi secara setempatsetempat. Pada permulaannya tampak agak mengkerut dan kadang-kadang mengkilap, selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun, pada akhirnya daun tampak bercak-bercak kotor, berwarna coklat sering pula bagian yang bebercak ini jatuh sehingga daun tampak bergerigi, dan kemudian mati Gejala kekurangan kalium dapat ditunjukkan sebagai berikut: - Daun terlihat lebih tua. - Batang dan cabang lemah dan mudah rebah. - Muncul warna kuning di pinggir dan di ujung daun yang sudah tua, yang akhirnya mengering dan rontok. - Daun mengerut (keriting) di mulai dari daun tua. - Kematangan buah terhambat, ukuran buah menjadi lebih kecil, buah mudah rontok, warna buah tidak merata, dan tidak tahan di simpan lama. - Biji buah menjadi kisut. Cara untuk mengatasi defisiensi unsur kalium ini yaitu dengan cara pemberian pupuk kalium pada tanaman. Berikan pupuk kalium sebanyak yang direkomendasikan oleh hasil analisis tanah atau analisis jaringan tanaman. Pupuk kalium hendaknya tidak diberikan sekaligus, tetapi pecah menjadi beberapa kali pemupukan selama musim tanam. Dalam pemupukan kalium, perhatikan jumlah kalium yang tersedia di dalam tanah (hasil analisis tanah).
            Kalium di dalam jaringan tanaman tetap terbentuk ion K+. Tidak ditemukan dalam bentuk senyawa organik. Kalium bersifat mobil (mudah bergerak) sehingga siap dipindahkan dari satu organ ke organ lain yang membutuhkannya. Secara umum peran kalium berhubungan dengan proses metabolisme, seperti fotosintesis dan respirasi (Novizan, 2005).
            Gejala kekurangan kalium umumnya terlihat seperti daun terbakar. Pada tanaman padi-padian gejala terbakar ini dimulai dari pucuk terus ke bawah dari pinggir daun. Pada tanaman jagung akan terdapat pada daun yang menguning mulai dari ujung terus ke sisi daun sebelah bawah, sering terjadi pada daerah di antara urat daun yang kemudian daun mengkerut (Hakim dkk.., 1986).
Calsium (Ca)
            Ca, Mg, dan S merupakan unsur hara makro sekunder yang mendukung pertumbuhan tanaman. Status Unsur Hara Ca,Mg, dan S sebagai Dasar Pemupukan ... Hartati et al. 110 Sains Tanah – Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 9 (2) 2012 Dalam pertumbuhan tanaman apabila kekurangan unsur hara makro sekunder maka pertumbuhan tanaman juga akan terganggu seperti halnya unsur hara primer (Winarso, 2005), sedangkan kebutuhan hara Ca, Mg, dan S kurang begitu diperhatikan petani hanya mengandalkan cadangan di dalam tanah (Hartati et al., 2012).
            Kesuburan tanah akan sangat ditentukan oleh keberadaan unsur hara dalam tanah, baik unsur hara makro, unsur hara sekunder maupun unsur hara mikro. Unsur hara makro meliputi nitrogen (N), pospor (P), kalium (K), dan C,H,O (yang ambil dari udara dan air). Sedang unsur hara sekunder meliputi calcium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). dan unsur hara mikro adalah : Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu) , Boran (B), Molibdenium (Mo) dan Chlor (Cl) (Sudarmi, 2013).
            Penyediaan Ca dan Mg mirip dengan K, perbedaanya hanya terletak pada fiksasi. Karena kedua unsur ini tersedia dalam bentuk kation bervalensi dua, maka fiksasi kedua unsur ini lebih lemah dibandingkan K, sehingga tiga bentuk utamanya adalah kation terlarut, kation tertukar dan dalam mineral tanah. Mineral Universitas Sumatera Utara sumber Ca meliputi feldspar, apatit, kalsit, dolomit, gipsum dan amphibol, sedangkan mineral Mg meliputi biotit, dolomite, augit, serpentin, hornblend dan olivin. Kedua unsure ini merupakan kation penyusunan kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg-(CO3)2) yang terkait dengan upaya pengapuran tanah masam.
            Ketersediaan Ca dan Mg terkait dengan kapasitas tukar kation (KTK) dan persen kejenuhan basa-basa (Ca, Mg, K dan Na) (KB). Kejenuhan basa yang rendah mencerminkan ketersediaan Ca dan Mg yang rendah. Jika dibandingkan, keterikatan Mg pada situs pertukaran kation lebih lemah dibanding Mg. Oleh karena itu, kehilangan lewat pelindian dan defisiensi Mg lebih sering menjadi masalah. Hal ini terkait dengan lebih besarnya BA (berat atom) Ca (= 40) disbanding Mg (= 24)
            Defesiensi Ca umumnya dijumpai pada kondisi sangat masam dengan kejenuhan Ca rendah. Defesiensi Mg pada jagung yang ditanam\ pada tanah berpasir terjadi jika kadar Mg-tertukar lebih rendah dari 84 kg/ha. Ketersedian unsure Ca identik Mg, karena tinggi pada pH 7,0-8,5, kemudian menurun pada pH dibawah 7,0 maupun di atas 8,5.
            Magnesium (Mg)
            Karena bermuatan positif, ion magnesium bisa terikat pada koloid tanah atau tetap berada di dalam larutan tanah. Di dalam tanaman magnesium mudah sekali berpindah-pindah. Magnesium merupakan regulator (pengatur) dalam penyerapan unsur lain, seperti P dan K. Selain itu magnesium juga merupakan aktifator berbagai jenis enzim tanaman (Novizan, 2005).
            Gejala pertama yang terlihat pada tanaman yang kekurangan magnesium (Mg) ialah daun tua mengalami klorosis dan tampak ada bercak-bercak coklat. Daun yang semula hijau segar menjadi kekuningan dan tampak pucat. Warna kekunungan itupun timbul diantara tulang-tulang daun. Daun menguning dan kerap kali langsung mati (Nyakpa et al., 1988).
            Defisiensi Magnesium ditandai adanya klorosis pada sebagian dedaunan tua (terkait dengan fungsinya sebagai salah satu penyusun klorofil) dan kadang kala berwarna merah, tepi dan ujung daun terlihat menggulung. Kadangkala menyebabkan penuaan daun yang terlalu dini. Pada tanaman kopi ditandai dengan menguningnya daging daun tua dengan tulang yang tetap hijau (Hanafiah, 2005).
            Jika jumlah K di dalam tanah sangat berlebihan, ketersediaan Mg akan menurun. Sebaliknya, jika jumlah Mg di dalam tanah berlebihan akibat terlalu sering menggunakan dolomite atau pupuk Mg lainnya, penyerapan K atau Ca akan terganggu (Novizan, 2005).
                Menurut Mehlich dan Drake dalam Hardjowigeno (2002) dikatakan bahwa magnesium merupakan komponen zat khlorofil, yang mungkin memainkan suatu peranan dalam beberapa reaksi enzim. Sumber-sumber Mg yaitu: dolomit limestone (CaCO3MgCO3), sulfat potas magnesium, epsom salt (MgSO4.7H2O), kieserit, magnesia (MgO) serpentin (Mg3SiO2(OH)4, magnesit (MgCO3), dan lain-lain. Ketersediaan magnesium dapat terjadi akibat proses pelapukan mineralmineral yang mengandung magnesium. Selanjutnya, akibat proses tadi maka magnesium akan terdapat bebas di dalam larutan tanah. Keadaan ini dapat menyebabkan (a). magnesium hilang bersama air perkolasi, (b). magnesium diserap oleh tanaman atau organisme hidup lainnya, (c). diadsorbsi oleh partikel liat dan (d). diendapkan menjadi mineral sekunder.
            Ketersediaan magnesium bagi tanaman akan berkurang pada tanah-tanah yang mempunyai kemasaman tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya dalam jumlah yang sangat besar mineral liat tipe 2:1. Dengan adanya mineral liat ini maka magnesium akan terjerat antara kisiUniversitas Sumatera Utara kisi mineral tersebut, ketika menjadi pengembangan dan pengkerutan dari kisikisinya
(Hakim dkk, 1986).
             Kekurangan magnesium akan mengakibatkan perubahan warna yang khas pada daun. Kadang-kadang penguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat dari kekurangan magnesium. Klorosis pada tembakau yang dikenal dengan tenggelam pasir disebabkan oleh kekurangan magnesium. Tanaman kapas yang kekurangan unsur ini menghasilkan daun-daun yang merah agak lembayung dengan tulang-tulang yang hijau. Daun-daun sorgum dan jagung menjadi bergarisgaris, tulang-tulang daunnya tetap hijau tetapi daerah diantara tulang-tulang daun pada sorgum menjadi lembayung dan ujung-ujung menjadi kuning (Foth, 1994).
Tanaman Jagung
            Tanah
            Tanaman jagung dapat tumbuh pada ketinggian 50-1800 m dpl. Tetapi ketinggian optimal adalah 50 –600 m dpl. Untuk berproduksi secara optimal memerlukan tanah yang gembur, subur dan kaya akan unsure hara, aerasi dan drainase baik, kaya akan bahan organik dengan keasaman tanah (pH) antara 5,6 –7,5 (Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, 2006).
            Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh karena pada umumnya tanah di Indonesia miskin hara dan rendah bahan organiknya, maka penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik (kompos maupun pupuk kandang) sangat diperlukan (Murni dan Arif, 2008).
Tanah yang sesuai adalah tanah dengan tekstur remah, karena tanah tersebut bersifat porous sehingga memudahkan perakaran pada tanaman jagung. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tipe tanah liat masih dapat ditanamijagung, tetapi dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerase dalam tanah berlangsung dengan baik. Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran pengairan yang dibuat diantara
barisan jagung (Sihotang, 2010).
Iklim
            Suhu yang dikehendaki tanaman jagung adaah antara 21oC-30oC. Akan  tetapi, untuk pertumbuhan yang baikbagi tanaman jagung khususnya jagung  hibrida, suhu optimum adalah 23oC-27oC. Suhu yang terlalu tinggi dan kelembaban yang rendah dapat mengganggu peroses persarian. Jagung hibrida memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan, terutama saat berbunga dan  pengisian biji. Curah hujan normal untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah sekitar 250 mm/tahun sampai 2000 mm/tahun (Warisno, 2007).
Jumlah curah hujan yang diperlukan tanaman jagung yang optimal adalah 1.200-1.500  mm per tahun dengan bulan basah (lebih dari 100 mm/ bulan) 7-9 bulan dan bulan kering (kurang dari 60 mm/ bulan) 4-6 bulan. Tanaman jagung memerlukan kelembaban udara sedang sampai dengan tinggi (50%-80%) agar keseimbangan   metabolisme   tanaman   dapat   berlangsung    dengan    optimal
(Christina, 2014).
Curah hujan yang dikehendaki adalah antara 1000-2500 mm/tahun,atau idealnya sekitar 85 –200 mm / bulan, dengan penyinaran matahari penuh. Suhu udara yang dikehendaki antara 21 –340C, tetapi untuk pertumbuhan optimum tanaman jagung  menghendaki suhu antara 23 –27°C
(
Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, 2006).
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 mm/bulan. Oleh karena itu waktu  penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan. Untuk mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan pola distribusinya selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat ditentukan dengan baik dan tepat  (Murni dan Arif, 2008).







BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Praktikum
            Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Pemupukan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dengan ketinggian ± 25 meter di ats permukaan laut dan dilaksanakan pada hari Jumat,  11 Maret 2016 sampai dengan selesai.
Alat dan Bahan
            Adapun bahan yang digunakan adalah benih jagung (Zea mays L.)  fungsinya sebagai tanaman yang akan diamati pertumbuhannya, tanah top soil fungsinya sebagai campuran media tanam, polybag fungsinya sebagai wadah untuk menanam, pupuk Urea, SP-36, MOP, CaCO3, Kieseit  funsginya untuk memberi perlakuan pada tanaman, label fungsinya memberi penanda pada polybag dan air fungsinya utuk menyiram tanaman.
            Adapun alat yang digunakan adalah sendok pasir, wadah plastik. ember batu bata, label nama, timbangan, gembor,dan  meteran.
Metode Percobaan
Adapun percobaan ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 12 perlakuan. Adapun masing-masing perlakuan tertera pada tabel 1.
Tabel. 1.
No.
Perlakuan
Unsur Hara
1.
Kontrol
-
2.
Lengkap
N P K  Ca Mg
3.
-N
P K  Ca Mg
4.
-P
N K  Ca Mg
5.
-K
N P  Ca Mg
6.
-Ca
N P K Mg
7.
-Mg
N P K  Ca
8.
-NP
 K  Ca Mg
9.
-NK
 P  Ca Mg
10.
-PK
N  Ca Mg
11.
-Kca
N P  Mg
12.
-CaMg
N P K 

Tabel. 2. Jenis Pupuk dan Dosis Perlakuan
Jenis Pupuk
Kadar Hara
Dosis Perlakuan
Jumlah Pupuk (g/pot)
Urea
45% N
250 ppm N
3
SP-36
36 % P2O5
150 ppm P
5
MOP
60 % K2O
100 ppm K
1
CaCo3
56% CaO
75 ppm Ca
1
Kieserit
27 % MgO
75 ppm Mg
2.3


Tabel. 3. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan untuk setiap perlakuan pada saat tanam
No.
Perlakuan
Ure
(g/pot)
SP-36
MOP
CaCo3
Kiserit
1.
Kontrol
-
-
-
-
-
2.
Lengkap
3
5
1
1
2.3
3.
N
-
5
1
1
2.3
4.
P
3
-
1
1
2.3
5.
K
3
5
-
1
2.3
6.
Ca
3
5
1
-
2.3
7.
Mg
3
5
1
1
-
8.
NP
-
-
1
1
2.3
9.
NK
-
5
-
1
2.3
10.
PK
3
-
-
1
2.3
11.
Kca
3
5
-
-
2.3
12.
CaMg
3
5
1
-
-




PELAKSANAAN PERCOBAAN
Pengambilan Contoh Tanah Komposit
            Tanah diambil secara komposit di lahan daerah Kec. Tiga Panah  Berastagi Kab. Tanah Karo, Sumatera Utara. Pada setiap titik, tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm setelah terlebih dahulu tumbuhan di atasnya dibersihkan. Bahan tanah yang diambil dicampurkan secara merata dan ditempatkan pada wadah/karung yang bersih (bukan karung bekas pupuk atau pestisida).
Penanganan Contoh Tanah
            Contoh tanah yang telah diambil harus ssegera dikering udarakan dengan cara mnganginkannya (tidak dijemur di bawah cahaya matahari). Bila telah kering maka dilakukan pengayakan dengan ayakan 8 mesh (ayakan pasir). Tanah yang telah kering udara (KA<10%) dimasukkan ke pot ((polybag) setara dengan 5kg berat kering mutlak/pot, yaitu dengan menggunakan rumus :
BTKU = BTKO + (%KA x BTKO)

BTKU  : Berat tanah kering udara
BTKO  : Berat tanah kering oven
%KA   : Persen kadar air tanah
Vair     : =(%KL-%KA) x BTKO
Vair     : Volume air penyiraman
Pemberian Label
            Apabila seluruh pot telah berisi tanah maka dilakukan pemasangan label pada setiap pot sesuai dengan perlakuannya. Label dibuat dari kertas dengan ukuran 15 x 10 cm yang diberi plastik agar tidak basah dan rusak kena air. Label ditulis dengan huruf Times New Roman ukuran font 60.
Pemupukan
            Aplikasi pupuk dilakukan sesuai dengan perlakuan dan dosis dari masing-masing pupuk. Pada saat tanam, seluruh dosis pupuk ditaburkan secara merata di permukaan tanah dan kemudian diaduk sedikit agar tertimbun tanah. Untuk pot yang akan ditanami padi, sebelum diberi pupuk tanahnya terlebih dahulu dilumpurkan dan selanjutnya digenangi dengan air setinggi 4 cm.
Penanaman Tanaman Indikator
            Benih tanaman indikator ditanam tepat di tengah pot sebanyak 2 lubang. Masing-masing lubang ditanami 2 biji pada kedalaman 2-3 cm.
Penyiraman dan Pemeliharaan
            Penyiraman dilakukan setiap hari kecuali hari hujan bagi penelitian di lapangan. Air penyiram yang dipakai haruslah air bebas ion (aquadest) atau dalam hal ini biasanya dipakai air hujan yang ditampung pada wadah plastik. Penyiraman ke pot tidak dilakukan secara langsung tetapi dipercikkan. Seminggu setelah tanam, perlu dilakukan seleksi tanaman dalam pot dengan meninggalkan dua tanaman yang kuat dan yang lainnya dipotong mnggunakan gunting. Penyiangan gulma dilakukan terus menerus dan pemberantasan hama/penyakit dilakukan secara preventif dengan menyemprotkan insektisida.
Pengamatan
Pengamatan dimulai seminggu setelah tanam, parameter yang diamati :
a.       Tinggi tanaman. Diamatti setiap minggu. Diukur mulai dasar batang hingga titik tumbuh atau sampai daun terpanjang. Agar tidak terjadi perubahan dasar pengukuran akibat pembumbunan, maka perlu dibuat patok dasar pengukuran berupa kayu kecil yang ditanamkan dekat batang dan diberi tanda awal pengukuran.
b.      Jumlah daun dan diameter batang, diamati setiap minggu (tanaman indikator).
c.       Berat kering tajuk (batang dan daun). Umur 8 minggu setelah tanam dilakukan pemotongan bagian atas tanaman pada pangkal batang. Batang dan daun dicuci dengan air, dibiarkan kering, baru kemudian dimasukkan ke dalam amplop yang telah diberi lobal dan label sesuai perlakuan. Selanjutkan dikering ovenkan pada temperatur 70°C.
d.      Berat kering akar. Setelah batang dipotong, amaka akar yang tinggal di dalam tanah dikeluarkan dengan cara mencuci tanah dengan air hingga akar terlepas, kemudian dicuci bersih, dibiarkan kering, baru kemudian dimasukkan ke dalam amplop yang telah diberi lobal dan label sesuai perlakuan. Selanjutkan dikering ovenkan pada temperatur 70°C.
Panen
            Panen dilakukan pada umur 9 MST. Difoto terlebih dahulu tanaman utuh jagung dengan polybag. Setelah itu dibuka polybag lalu dicuci akar dengan air sampai bersih. Kemudian dimasukkan ke dalam amplop masing-masing.













HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman
Dari hasil pengamatan tinggi tanaman jagung (Zea maysL.) pada 7 MST diperoleh hasil sebagai berikut
Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
I
II

Kontrol
136,9
76,3
100,6
50,3
Lengkap
120,7
119,3
168,6
84,3
-N
118,7
115,2
107,7
53,85
-P
128,3
131,5
165,7
82,85
-K
129,5
122,6
181,5
90,75
-Ca
135,4
136,2
271,6
135,8
-Mg
132,9
128,2
261,1
130,6
-NP
80,3
76,2
117,7
58,85
-NK
67,2
85,3
150,1
75,05
-PK
124,1
121,2
154,5
77,25
-KCa
125,3
148,2
273,5
136,7
-CaMg
147,2
143,3
290,5
145,2
Jumlah Daun
Dari hasil pengamatan jumlah daun tanaman jagung (Zea maysL.) pada 7 MST diperoleh hasil sebagai berikut.

Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
I
II

Kontrol
5
5
10
5
Lengkap
7
7
14
7
-N
7
4
11
5,5
-P
6
5
11
5,5
-K
6
6
12
6
-Ca
7
6
13
6,5
-Mg
6
7
13
6,5
-NP
4
5
9
4,5
-NK
7
5
12
6
-PK
6
3
9
4,5
-KCa
6
7
13
6,5

-CaMg

7

7

14

7
Diameter Batang
Dari hasil pengamatan diameter tanaman jagung (Zea maysL.) pada 7 MST diperoleh hasil sebagai berikut.

Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
I
II







Kontrol
9,2
8,9
18,1
9,05
Lengkap
12,4
12,1
24,5
12,25
-N
8,2
7,9
16,1
8,05
-P
17,2
16,9
34,1
17,05
-K
14,5
14,2
28,7
14,35
-Ca
10,3
11,7
22
11
-Mg
9,5
10.1
19,6
9,8
-NP
9,2
8,9
18,1
9,05
-NK
10,3
10
20,3
10,15
-PK
14,2
13,9
28,1
14,05
-KCa
12,5
12,2
24,7
12,3
-CaMg
12,3
12,5
24,8
12,4

Berat Kering Tajuk
Dari hasil pengamatan berat kering tajuk tanaman jagung (Zea maysL.) diperoleh hasil sebagai berikut.
Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
%
Kriteria

I
II




Kontrol
19,8
4,7
103
12,25
35,7
Berat
Lengkap
55,4
46,8
128
51,1
100
Cukup
-N
7,3
7,4
101
7,35
13,17
Gawat
-P
24,4
24,4
68
24,4
44,04
Berat
-K
39,4
38
109
38,7
71,11
Sedang
-Ca
56,2
51,6
125
53,9
101,4
Cukup
-Mg
44,6
47,6
122
46,1
80,5
Sedang
-NP
6,1
5,9
70
6
11,01
Gawat
-NK
8,6
8,4
79
8,5
15,52
Gawat
-PK
12,2
11,2
94
11,7
22,02
Berat
-KCa
59,4
48,5
111
53,95
107,22
Cukup
-CaMg
6,4
6,5
116
6,45
11,55
Gawat

Berat Kering Akar
Dari hasil pengamatan berat kering akar tanaman jagung (Zea maysL.) diperoleh hasil sebagai berikut.
Perlakuan
Ulangan
Total
Rataan
%
Kriteria
I
II




Kontrol
3,9
2,8
47,45
3,35
15,11
Gawat
Lengkap
25,8
16,3
131,1
21,05
100
Cukup
-N
3,6
4,8
54,2
4,2
13,95
Gawat
-P
4,8
4,1
54,5
4,45
18,6
Gawat
-K
13,2
11,8
43,15
12,5
51,16
Sedang
-NP
2,4
2,8
40
2,6
9,3
Cukup
-NK
4
3,1
42,5
3,55
15,5
Gawat
-PK
7,8
7,5
45
7,65
30,2
Berat



 


Pembahasan
Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tanaman jagung(Zea maysL.) tertinggi pada perlakuan –CaMg yaitu sebesar 145,2cm. Hal ini dikarenakan walaupun tanaman kekurangan unsur –CaMg, tetapi tanaman tidak kekurangan unsur lain yang penting dalam pertumbuhan vegetatifnya seperti unsur N, P, sehingga tanaman masih dapat bertumbuh dengan baik. Hal ini sesuai dengan literatur Winarso (2005) yang menyatakan bahwa makin tingginya efisiensi pemupukan N berarti makin tinggi unsur N yang tersedia bagi tanaman atau makin rendah N yang hilang melalui penguapan dan pencucian. Kehilangan N melalui penguapan menjadi NH3 bisa mendekati nol apabila pupuk diberikan hingga kedalaman 15 – 23 cm.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tanaman jagung (Zea maysL.) terendah pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 50,3cm. hal ini dikarenakan tanaman mengalami kekurangan unsur yang fungsinya erat dengan pertumbuhan vegetatif tanaman itu sendiri, sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Hal ini sesuai dengan literatur Foth (1994) yang menyatakan bahwa meskipun salah satu fungsi nitrogen yang paling menyolok adalah dorongan pertumbuhan vegetatif di atas tanah, pertumbuhan ini tidak dapat berlangsung kecuali dengan adanya cukup banyak fosfor, kalium, dan unsur-unsur utama lainnya yang tersedia.
Dari tabel diketahui bahwa jumlah daun tanaman jagung (Zea maysL.) tertinggi pada perlakuan Lengkapdan -CaMg yaitu sebesar 7 helai. Hal ini disebabkan karena unsur hara N berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun. Hal ini sesuai dengan literatur Winarso (2005) yang menyatakan bahwa Kalium diserap tanaman dari tanah dalam bentuk ion (K+). Tidak seperti halnya dengan N dan P, unsur K di dalam tanaman tidak dalam bentuk senyawa organik. Fungsi utama yang telah lama diketahui adalah erat hubungannya dengan metabolisme tanaman dari beberapa proses yang terjadi dalam tanaman. Kalium sangat vital dalam proses fotosintesis.
Dari tabel diketahui bahwa jumlah daun tanaman jagung (Zea maysL.) terendah pada perlakuan –PK, -NP yaitu sebesar 4,5 helai. Hal ini dikarenakan pada saat percobaan dilakukan, tanaman diserang hama sehingga tanaman pertumbuhannya terhambat.Hal ini sesuai dengan literature Winarso (2005) yang menyatakan bahwa Kalsium diserap tanaman sebagai bentuk kation, Ca+2. Ion kalsium diambil tanaman dapat berasal dari larutan tanah dan dipermukaan liat (bentuk dapat ditukar) melalui intersepsi akar atau kontak pertukaran. Kadar Ca+2 dalam larutan tanah pada daerah-daerah dengan curah hujan tinggi biasanya sedikit, sehingga dapat membatasi pertumbuhan tanaman.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa diameter tanaman jagung                (Zea maysL.) tertinggi pada perlakuan -P yaitu sebesar 17,05 cm. Hal ini dikarenakan fosfor akan mempercepat kedewasaan pada tanaman sehingga tanaman akan tumbuh dengan cepat. Hal ini sesuai dengan literatur Foth (1994) yang menyatakan bahwa pengaruh fosfor yang terlalu sedikit atau terlalu banyak pada pertumbuhan tanaman kurang menyolok dibandingkan dengan pengaruh nitrogen atau kalium. Tampaknya fosfor lebih mempercepat kedewasaan daripada sebagian besar hara lainnya, karena stimulasi yang berlebihan mendorong kedewasaan yang lebih awal.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa diameter tanaman jagung            (Zea maysL.) terendah pada perlakuan –N yaitu sebesar 8,05 cm. Hal ini dikarenakan, karena tanaman yang kekurangan N dan P biasanya akan mengalami penghambatan pertumbuhan vegetatif. Hal  ini sesuai dengan literatur Damanik dkk (2011) yang menyatakan bahwa kahat kalsium pada tanaman  menghambat pertumbuhan akar, batang, akibatnya tidak dapat memperoleh air dan unsur hara yang cukup dari dalam tanah. Secara visual gejala yang tampak pada tanaman yang kahat kalsium, dapat dilihat dari pertumbuhannya yang kerdil,karena sel-sel yang baru jumlahnya sedikit. Pertumbuhan serta mekarnya daun-daun muda dan pucuk-pucuk terhambat, juga mengalami pertumbuahan tepi-tepi daun, sehingga daun-daun menjadi keriting.
Dari tabel diketahui bahwa berat kering tajuk tanaman
jagung (Zea maysL.) tertinggi terdapat pada perlakuan –
NP yaitu sebesar    53,95. Hal ini terjadi karena kalium berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk. Hal ini terjadi karena kalium berperan dalam meningkatkan ketebalan dinding sel dan kekuatan batang. Hal ini sesuai dengan literatur Foth (1994) yang menyatakan bahwa kalium mempunyai pengaruh sebagai penyeimbang keadaan bila tanaman kelebihan nitrogen. Unsur ini meningkatkan sintesis dan translokasi karbohidrat, sehingga meningkatkan ketebalan dinding sel dan kekuatan batang. Kalium juga meningkatkan kandungan gula pada tanaman bit dan tebu.
Dari tabel diketahui bahwa berat kering tajuk tanaman
jagung (Zea maysL.) terendahterdapat pada perlakuan –NP yaitu sebesar
6. Hal ini disebabkan karena unsur hara N berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun. Hal ini sesuai dengan literatur Hakim dkk (1986) yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting dan dapat disediakan melalui pemupukan. Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Adapun peran unsur nitrogen adalah mempengaruhi pembentukan protein, bagian yang integral dari klorofil dan meningkatkan produksi tanaman,  pembentukan sel, jaringan, dan organ tanaman pengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
Dari tabel diketahui bahwa berat kering akar tanaman
jagung (Zea maysL.)  tertinggi terdapat pada perlakuan lengkap yaitu sebesar   21,05.
Hal ini disebabkan karena unsur hara N berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun. Hal ini sesuai dengan literatur Hakim dkk (1986) yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting dan dapat disediakan melalui pemupukan. Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Adapun peran unsur nitrogen adalah mempengaruhi pembentukan protein, bagian yang integral dari klorofil dan meningkatkan produksi tanaman,  pembentukan sel, jaringan, dan organ tanaman pengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
Dari tabel diketahui bahwa berat kering akar tanaman
jagung (Zea maysL.)  terendah terdapat pada perlakuan -NP yaitu sebesar   2,6.
Hal ini disebabkan karena unsur hara N berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun. Hal ini sesuai dengan literatur Hakim dkk (1986) yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting dan dapat disediakan melalui pemupukan. Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Adapun peran unsur nitrogen adalah mempengaruhi pembentukan protein, bagian yang integral dari klorofil dan meningkatkan produksi tanaman,  pembentukan sel, jaringan, dan organ tanaman pengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.










KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.        Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tanaman jagung (Zea maysL.) tertinggi pada perlakuan –CaMg yaitu sebesar 145,2cm dan terendah pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 50,3cm.
2.        Dari tabel diketahui bahwa jumlah daun tanaman jagung (Zea maysL.) tertinggi pada perlakuan Lengkap, -CaMg yaitu sebesar 7 helai dan terendah pada perlakuan –PK, -NP yaitu sebesar 4,5 helai.
3.        Dari hasil percobaan diketahui bahwa diameter tanaman
jagung (Zea mays L.) tertinggi pada perlakuan -P yaitu sebesar
17,05 cm dan terendah pada perlakuan –N  yaitu sebesar 8,05 cm.
4.        Dari tabel diketahui bahwa berat kering tajuk tanaman
jagung (Zea mays L.) tertinggi terdapat pada perlakuan –
NP yaitu sebesar    53,95 dan terendahterdapat pada perlakuan –NP yaitu sebesar6.
5.        Dari tabel diketahui bahwa berat kering akartanaman
jagung (Zea mays L.)  tertinggi terdapat pada perlakuan lengkap yaitu sebesar   21,05 dan terendah terdapat pada perlakuan -NP yaitu sebesar 2,6.

Saran
            Dalam melakukan percobaan, sebaiknya praktikan lebih teliti dalam pelaksanaan prosedur percobaan agar hasil percobaan lebih efektif.



DAFTAR PUSTAKA

Aini, I. dan Abdul Syukur.2006. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Dan  Unsur Hara Mikro Terhadap Pertumbuhan  Jagung Pada Ultisol Yang Dikapur  Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan Vol 6 Lulusan S2 Ilmu Tanah UGM, Dosen Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM

Ajidirman.2010. Kajian Kandungan Mineral Alofan Dan Fenomena Fiksasi Fosfor Pada Andisols 1staf Pengajar Faperta Universitas Jambi J.Hidrolitan 1:2:15-20.

Badan Penyuluhan Dan Pengembangan SDM Pertanian Pusat Pelatihan Pertanian. 2015Pelatihan Teknis Budidaya Padi Bagi Penyuluh Pertanian Dan  Babinsa Pemupukan.

Christina. 2014. Analisis Pengaruh Jarak Sumber Gelombang Bunyi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.). SKRIPSI. Universitas Bengkulu.

Djunitawati, S. Hartono, A. Dan Indriyati, L.T. 2003. Pengaruh Bahan Organik dan Fosfat Alam Terhadap Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Andisol Pasir Sarongge. IPB, Bogor.

Erawati, B.T.R. 2010. Identifikasi Gejala  Kekurangan Unsur Hara  Pada Tanaman Jagung. Kementerian Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat.

Fahmi,A. Syamsudin. Sri, N.H.U dan Bostang, R. 2010. Pengaruh Interaksi Hara Nitrogen dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.)  pada tanah Regosol dan Latosol. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Banjar Baru. Universitas Gajah Mada.
Fazariyani, X. 2015.Analisa Unsur Hara Mg dalam Daun Kelapa Sawit dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) untuk meningkatkan Produksi Buah pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). USU, Medan.
Ginting, F. 2010.Analisa Unsur Hara Kalium (K) Dalam Tanah Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. USU. Medan.
Gusbiandha.A.A. 2011. Morfologi Dan Karakteristik Kimia Tanah Andisol Pada Penggunaan Lahan Yang Berbeda Di Desa Kuta Rakyat Kecamatan Namanteran Kabupaten Karo Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

Hartati, S., Joko, W. Dan Grece, N. 2012. Status Unsur Hara Ca, Mg dan S sebagai Dasar Pemupukan Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L) di Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan. Universitas Sebelas Maret, Surakata.

Hartono,A. Dan Anwar,S. 2013. Karakterisasi Erapan dan Pelepasan Nitrat pada Andisols di Pulau Jawa. IPB, Bogor.

Hermanuddin, Nurdin, dan Fitriah,S.J. 2012. Uji Kurang Satu Pupuk N, P,dan K terhadap Pertumbuhan Jagung di Dutohe Kabupaten Bone Bolango. Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Irene Hutagalung. 2012. Tingkat Ketersediaan Logam Berat Kadmium Akibat Pemberian Beberapa Sumber Fosfat dan Waktu Inkubasi Pada Bahan Tanah Andisol Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

Karnilawati, Sufardi, dan Syakur.2012.Phosfat Tersedia, Serapannya Serta Pertumbuhan Jagung (Zea Mays L.) Akibat Amelioran dan Mikoriza Pada Andisol. Fakultas Pertanian Unsyiah, Jl. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 3 Darussalam, Banda Aceh 23111

Lingga, P. dan Marsono., 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk (edisi revisi). Penebar Swadaya. Jakarta.
Marsono dan Sigit, P., 1995. Pupuk Akar Jenis dan Aplikasinya.Penebar Swadaya. Jakarta.
Marvelia, A. Sri, D. dan Sarjana, P. 2006. Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata) yang Diperlakukan dengan Kompos Kascing dengan Dosis yang Berbeda. Undip, Semarang.
Murni,A.M danR.W.Arief., 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Balai Besar            Pengkajian dan Pengembangan Pertanian. Bogor


Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, M. A. Palung, A. G. Amrah, A. Munawar,      G. B. Hong, N. Hakim. 1988. Kesuburan Ilmu Tanah. UNILA Press. Lampung.
Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. 2006. Panduan Pengujian Individual           Kebaruan,        Keunikan,             Keseragaman dan Kestabilan Jagung.            Departemen Pertanian Republik         Indonesia.

Rahayu, E. 2003. Studi Erapan dan Desorpsi P pada Tanah Andisol Pasir Sarongge Cianjur yang Diperlakukan dengan Biomassa Tanaman. IPB, Bogor.

Rinsema, W. T. 1993. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Diterjemahkan Oleh H. M. Saleh. Bhratara.Jakarta.

Safuan, L.O., Roedhy, P., Anas,D.S., Sobir, dan Ian R.S.2005 . Minus One test Kesuburan Tanah Inceptisol,Ultisok dan Andisol untuk Tanaman Nenas. IPB, Bogor.

Sihotang, B. 2010. Jagung Manis. USU Press, Medan.

Sri Nuryani H.U., Notohadiningrat,T., Sutanto, R., Radjagukguk, B.  (2006. Faktor Jerapan Dan PelePasan Fosfat Di Tanah Andosol Dan Latosol 1 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada)

Sudarmi. 2013. Pentingnya Unsur Hara Mikro Bagi Pertumbuhan Tanaman.Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.

Sukarman dan Ai Dariah. 2014.Tanah Andosol Di Indonesia Karakteristik, Potensi, Kendala, Dan Pengelolaannya Untuk Pertanian Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.

Sukmawati .2011Jerapan P Pada Andisol  Yang Berkembang Dari Tuff Vulkan Beberapa Gunung.Api Di Jawa Tengah Dengan Pemberian Asam  Humat Dan Asam Silikat. MeDia Litbang Sulteng IV (1) : 30

Sutanto. R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius, Yogyakarta

Sutedjo, M. M dan Kartasapoetra, A. G. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Bina Aksara. Jakarta.

Sutriadi, M.S., Diah, S. Deddi, N., dan Andarias, M.M. 2008. Penentuan Kebutuhan Pupuk Kalium dengan Uji K-Tanah untuk Tanaman Jagung di Typic Kandiudox. BPTP Lampung, Lampung.
Warisno. 1998. Jagung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.

Winarso, S. 2000. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah.   Gava Media. Yogyakarta.

Yunita, N.W. 2004. Studi Pertumbuhan dan Serapan P Tanaman
Jagung (Zea mays) pada Andisol yang Diperlakukan dengan Bahan Organik(Pueraria javanica) dan Fosfat Alam. IPB, Bogor.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar